TEMPO Interaktif, Dili:Hingga Senin (27/9) kemarin, kerusuhan yang melanda Dili, Timor Leste, sejak Sabtu pekan lalu tak juga mereda.Sekelompok pemuda baku hantam di Lorumata dan Pasar Komoro kemarin pagi. Bentrokan itu menyebabkan empat orang luka-luka dan delapan rumah warga hangus terbakar. Dalam bentrokan itu, sebuah granat tangan meledak, tapi tak ada korban jiwa ataupun luka-luka. Polisi Federal Australia yang datang tak kuasa meredam gejolak. Polisi Khusus Portugal yang ikut turun tangan lalu menembakkan peluru karet ke arah massa. Empat pemuda yang dianggap sebagai dalang bentrokan diringkus.Bentrokan kemarin itu lanjutan dari aksi balas dendam sepasang pemuda yang terkena panah Sabtu malam pekan lalu. Sebelumnya, seorang pemuda dibacok pria tak dikenal. Bentrokan itu membuat 300 warga mengungsi ke distrik lain. Meski ada kerusuhan, Perdana Menteri Timor Leste sekaligus Menteri Pertahanan Jose Ramos Horta kemarin menyetujui usul Panglima Angkatan Bersenjata Timor Leste (F-FDTL) Brigadir Jenderal Taur Matan Ruak untuk memanggil kembali 591 tentara desertir. "Kami jamin mereka akan mendapat gaji setiap bulan," kata Horta. Komisi independen masih menyelidiki sejumlah tentara desertir yang diciduk aparat keamanan. Mereka diduga ikut memicu aksi kerusuhan pada Mei lalu. "Bila terbukti bersalah, mereka harus diadili!" ujar Horta. Sebaliknya, kata Horta, mereka yang tak terlibat bisa segera bertugas di kesatuannya.Kemarin, 25 petugas Kepolisian Nasional Timor Leste (PNTL) yang diduga terlibat kerusuhan sudah bertugas kembali. Namun, mereka dipantau terus oleh Polisi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Misi Integrasi Timor Leste PBB. Polisi itu merupakan bagian dari 900 anggota PNTL yang bermarkas di Dili. Pejabat Komisariat Polisi PBB di Timor Leste, Antero Lopez, menyebut kembalinya para serdadu desertir itu sebagai suatu langkah penting untuk memulihkan otoritas sipil di negeri muda usia ini. "Kami berharap hukum dan keamanan kembali ditegakkan," kata Lopez. "Tak cuma di jalan-jalan di Dili, tapi juga di seantero Timor Leste!" Selama masa pemantauan, para polisi itu belum diperkenankan membawa senjata api. PBB khawatir, bila dibekali senjata api, mereka bisa kembali terjerumus ke dalam konflik antara polisi dan militer seperti yang terjadi pada Mei lalu. AP | ANDREE PRIYANTO | JOSE SARITO AMARAL (DILI)