Duterte Perintahkan Militer Mengebom Abu Sayyaf dan Sandera

Reporter

Senin, 16 Januari 2017 07:50 WIB

Warga Norwegia, Kjartan Sekkingstad (tengah) berdiri di samping pimpinan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) Nur Misuari setelah dibebaskan dari kelompok militan Abu Sayyaf Islam al-Qaeda, di Jolo, Sulu di Filipina, 18 September 2016. Warga Norwegia Kjartan Sekkingstad dan tiga orang ABK Indonesia, diserahkan kepada utusan pemerintah Filipina di kota Indanan, Pulau Jojo. REUTERS/Nickie Butlangan

TEMPO.CO, Manila — Presiden Filipina Rodrigo Duterte memerintahkan militer untuk mengebom ekstremis yang kerap merisaukan dengan aksi penculikan bersama dengan tawanan mereka. Hal itu dilakukan untuk menghentikan gelombang penculikan di laut.

Seperti dilansir Independent pada Minggu, 15 Januari 201, Duterte mengatakan ia telah memberikan perintah kepada angkatan laut dan penjaga pantai bahwa jika menemukan penculik dan mereka berusaha untuk melarikan diri, bom mereka semua.

Baca juga:


Duterte Mengaku Pernah Membunuh Tersangka Kriminal
Upaya Indonesia, Malaysia, dan Filipina Hadapi Penculik WNI


"Jika mereka mengatakan ada sandera, ‘maaf, kami harus menghancurkan semuanya’," kata dia kepada pengusaha di Davao pada Sabtu lalu.

Duterte menegaskan langkah ini akan memberantas militan yang kerap melakukan penculikan untuk mendapatkan tebusan.

“Kebijakan garis keras ini akan membuat penculik berpikir dua kali untuk melakukan kejahatan.”

Dengan bercanda, Duterte memberi saran kepada calon korban penculikan yang terpaksa harus dibom bersama penculik, “Jangan biarkan dirimu diculik.”

Pernyataan Duterte mencerminkan keputusasaan Filipina. Meski telah bekerja sama dengan Malaysia dan Indonesia untuk menghentikan serangkaian penculikan terutama oleh militan Abu Sayyaf, tetapi upaya ini belum mampu menumpas para bandit tersebut.

Sabtu lalu, Abu Sayyaf membebaskan seorang kapten Korea Selatan dan awaknya yang berasal dari Filipina. Keduanya diculik tiga bulan lalu dari kapal kargo mereka.

Mereka diserahkan kepada kelompok pemberontak Front Pembebasan Nasional Moro, yang kemudian membawanya ke pejabat Filipina di kota Jolo selatan di provinsi Sulu.

Pemberontak Moro, yang menandatangani kesepakatan 1996 damai dengan pemerintah, selama ini kerap membantu pembebasan beberapa sandera dengan Abu Sayyaf, termasuk dari Indonesia.

Hingga kini sedikitnya masih terdapat 27 sandera, yang kebanyakan warga asing yang masih berada di tangan Abu Sayyaf.

Selama bertahun-tahun, Abus Sayaaf yang telah berjanji setia kepada ISIS memanfaatkan penculikan untuk mendapatkan dana selain pemerasan dan tindakan-tindakan brutal lainnya.

Laporan baru-baru ini mengatakan bahwa militan itu telah mengantongi setidaknya 353 juta peso atau Rp 97,2 miliar dari hasil pembayaran uang tebusan korban penculikannya dalam enam bulan pertama tahun 2016.

Para militan kerap menargetkan kapal tunda yang bergerak lambat di laut sibuk yang berbatasan dengan Filipina selatan, Malaysia dan Indonesia.

RAPPLER | INDEPENDENT | YON DEMA

Berita terkait

Ribuan Warga Israel Gelar Unjuk Rasa Usai Hamas Rils Video Sandera

12 jam lalu

Ribuan Warga Israel Gelar Unjuk Rasa Usai Hamas Rils Video Sandera

Ribuan warga Israel menuntut dilakukannya pemilhan umum dini dan meminta agar sandera dibebaskan menyusul video yang dilansir Hamas.

Baca Selengkapnya

Hamas Kesal Diminta Bebaskan Sandera, tapi Genosida pada Warga Sipil Gaza Diabaikan

1 hari lalu

Hamas Kesal Diminta Bebaskan Sandera, tapi Genosida pada Warga Sipil Gaza Diabaikan

Hamas bingung ditekan untuk membebaskan sandera warga negara Israel, namun dunia tampak tutup mata pada genosidan di Gaza.

Baca Selengkapnya

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

Kepala Intelijen Mesir Pimpin Delegasi ke Israel, Khawatir Serangan Darat ke Rafah

1 hari lalu

Kepala Intelijen Mesir Pimpin Delegasi ke Israel, Khawatir Serangan Darat ke Rafah

Rencana serangan Israel ke Kota Rafah di Gaza yang berbatasan dengan Mesir dapat menimbulkan bencana bagi stabilitas regional

Baca Selengkapnya

Hamas Rilis Video Sandera Amerika Masih Hidup

3 hari lalu

Hamas Rilis Video Sandera Amerika Masih Hidup

Hamas merilis kondisi terkini sandera asal Amerika Serikat yang dalam keadaan sehat.

Baca Selengkapnya

Lebih dari Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Aparat Sebut Ada Kendala di Lapangan

6 hari lalu

Lebih dari Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Aparat Sebut Ada Kendala di Lapangan

Pemerintah masih terus mengupayakan pembebasan Pilot Susi Air, Philips Mark Mehrtens. Belum ada perkembangan signifikan.

Baca Selengkapnya

Ribuan Demonstran Menuntut Benjamin Netanyahu Bebaskan Sandera yang Ditahan Hamas

7 hari lalu

Ribuan Demonstran Menuntut Benjamin Netanyahu Bebaskan Sandera yang Ditahan Hamas

Demonstran menuntut ada lebih banyak langkah nyata dari Tel Aviv dalam membebaskan sandera yang sekarang ditahan Hamas di Gaza.

Baca Selengkapnya

Tiga Warga Filipina Tewas Akibat Banjir di Dubai

8 hari lalu

Tiga Warga Filipina Tewas Akibat Banjir di Dubai

Banjir di Dubai menyebabkan empat orang lagi tewas, tiga di antaranya adalah warga Filipina.

Baca Selengkapnya

Sembunyi di Bunker Milik Miliuner AS, Netanyahu Didemo Warga Israel

13 hari lalu

Sembunyi di Bunker Milik Miliuner AS, Netanyahu Didemo Warga Israel

Netanyahu dan istrinya dilaporkan berlindung di dalam bunker di kediaman tersebut pada akhir pekan lalu untuk menghindari serangan rudal Iran.

Baca Selengkapnya

Warga Filipina Injak Patung Xi Jinping saat Unjuk Rasa Laut Cina Selatan

19 hari lalu

Warga Filipina Injak Patung Xi Jinping saat Unjuk Rasa Laut Cina Selatan

Pengunjuk rasa di Manila menginjak-injak patung Presiden Cina Xi Jinping saat protes menentang "agresi" Cina di Laut Cina Selatan.

Baca Selengkapnya