Dua Eks Pemimpin Khmer Merah Dihukum Seumur Hidup

Reporter

Rabu, 23 November 2016 15:45 WIB

Mantan pemimpin Khmer Rouge, Nuon Chea duduk di Majelis Luar Biasa di Pengadilan Kamboja (ECCC) selama pengumuman putusan atas banding dalam Kasus 002/01 terhadap mantan pemimpin Khmer Rouge, Nuon Chea dan Khieu Samphan, di Phnom Penh, Kamboja, November 23 2016. REUTERS

TEMPO.CO, Phnom Penh – Pengadilan mahkamah Kamboja yang didukung PBB membatalkan permohonan banding yang diajukan oleh dua mantan pemimpin Khmer Merah, Nuon Chea dan Khieu Samphan. Hakim memutuskan keduanya bertanggung jawab atas tewasnya 2,2 juta orang di Kamboja pada 1975.

“Hukuman seumur hidup untuk terdakwa dianggap tepat dan sesuai. Keduanya bertindak kriminal dan harus bertanggung jawab,” kata hakim Kong Srim, seperti dikutip dari Channelnewsasia.com, Rabu, 23 November 2016.

Noun Chea, atau yang lebih dikenal sebagai Brother Number 2, bersama Khieu Samphan diyakini sebagai sosok yang paling bertanggung jawab atas kasus pembunuhan, penyiksaan, dan perbuatan tidak manusiawi pada 1975–1979.

Baca:
Hukuman Seumur Hidup Eks Presiden Mesir Mursi Dibatalkan
Buku Pelajaran ISIS untuk Anak Irak Ditemukan, Begini Isinya

Saat itu, Noun Chea menjabat Deputi Sekretaris Partai Komunis Kamboja dan Khieu Samphan sebagai mantan Kepala negara Demokratik Kamboja.

Pada Agustus 2014, pengadilan memutuskan dua petinggi Khmer Merah, Khieu Samphan dan Nuon Chea, dihukum penjara seumur hidup setelah dinyatakan bersalah dalam kejahatan kemanusiaan selama mereka berkuasa di Kamboja.

Hingga vonis dijatuhkan, Khieu dan Nuon sama-sama membantah semua tuduhan yang disangkakan. Mereka mengaku tidak tahu apa-apa tentang kejahatan kemanusiaan yang terjadi dan menyatakan tidak punya kuasa untuk menghentikan pembantaian warga Kamboja.

Peristiwa ini dipicu setelah rezim Lon Nol dilengserkan oleh rezim Pol Pot pada 17 April 1975. Lon Nol dianggap rezim kapitalis yang diberafiliasi ke Amerika Serikat. Adapun Pol Pot ingin mendirikan negara sosialis-komunis di Kamboja dengan revolusi agraris yang ekstrem.

Pol Pot kemudian mengerahkan seluruh rakyatnya ke desa dan menjadikan kota-kota kosong. Dalam proses pengosongan kota, rezim Pol Pot menghabisi musuh politiknya serta membuat rakyatnya kelaparan, sakit, dan tewas.

CHANNEL NEWS ASIA | DWI HERLAMBANG ADE| MR



Berita terkait

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

13 jam lalu

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

Cuaca panas menerjang sejumlah negara di Asia. Di Kamboja, gudang amunisi meledak hingga menyebabkan 20 tentara tewas.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

13 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

5 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

6 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

23 hari lalu

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

Selama ini, penyiksaan terhadap kera di Angkor tidak mencolok, tapi lama kelamaan kasusnya semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

34 hari lalu

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

Komnas HAM apresiasi kesimpulan dan rekomendasi Komite HAM PBB. Meminta pemerintah implementasi kebijakan dan pelaksanaan di pusat serta daerah

Baca Selengkapnya

Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

35 hari lalu

Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengatakan jika disahkan oleh parlemen, undang-undang kasino akan menghasilkan lebih banyak lapangan kerja

Baca Selengkapnya

Terkini: Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Tembus Rp 11 Triliun, Harga Tiket Promo AirAsia Rute Internasional Mulai Rp 990 Ribuan

46 hari lalu

Terkini: Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Tembus Rp 11 Triliun, Harga Tiket Promo AirAsia Rute Internasional Mulai Rp 990 Ribuan

LPM FEB UI meneliti dampak ekonomi dari konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura. Perhelatan konser dua bintang dunia tersebut tembus Rp 11 T.

Baca Selengkapnya

Untuk Idul Fitri, Indonesia Impor 22 Ribu Ton Beras dari Kamboja

46 hari lalu

Untuk Idul Fitri, Indonesia Impor 22 Ribu Ton Beras dari Kamboja

Pemerintah mengimpor 22.500 ton beras dari Kamboja untuk memenuhi kebutuhan stok beras menjelang Idul Fitri 1445H, selain mengandalkan produk nasional

Baca Selengkapnya

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

49 hari lalu

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

TPN Ganjar-Mahfud menilai sosoran PBB soal cawe-cawe Jokowi, telah membuat citra bekas Wali Kota Solo itu menjadi buruk di mata dunia.

Baca Selengkapnya