Sandera 2 WNI, Pengamat: Malaysia Sengaja Mendiamkan

Reporter

Minggu, 20 November 2016 21:39 WIB

Ilustrasi. windowstorussia.com

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat terorisme dan Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya menilai penyanderaan terjadi lagi di perairan Sabah, karena pemerintah Malaysia sengaja mendiamkan.

“Ada indikasi seperti itu, paling tidak membiarkan. Makanya pemerintah harus didesak untuk merealisasikan MoU tiga negara untuk berpatroli di wilayah yang potensial pembajakan,” kata Ulya saat dihubungi Tempo, Minggu, 20 November 2016.

Nota kesepahaman yang dimaksud adalah kesepakatan antara Malaysia, Filipina dan Indonesia yang diteken di Yogyakarta beberapa waktu lalu. “Di peta itu jelas jalur laut operasi Abu Sayyaf,” kata Ulya tanpa menjelaskan lebih detail.

Baca:
Lagi, Dua Nelayan Indonesia Diculik di Perairan Sabah
Yahudi Minta Trump Tidak Data Muslim, Atau Ini yang Terjadi

Ulya juga menilai upaya pembebasan sandera dengan melibatkan tokoh Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) Nur Misuari bakal kontra produktif dalam hubungan Filipina dan Indonesia.

“Nur Misuari masih menjadi target operasi pemerintah Filipina, meskipun Presiden (Rodrigo Roa) Duterte tampak merangkul Nur Misuari,” kata Ulya.
Selain itu, di sisi lain, kata Ulya, kelompok Abu Sayyaf merasakan bahwa penyanderaan bakal menumpuk pundi-pundi uang. “Tidak ada lagi aset strategis, nelayan potensial di sandera,” kata dia.

Dalam rilis CIIA beberapa waktu lalu, Ulya mengungkapkan adanya mafia, pihak-pihak yang mencari kesempatan untuk menumpang di tengah upaya pembebasan sandera. “Yang bahaya yang saya ungkap itu, ada oknum-oknum yang berusaha menjadi makelar, kelompok abu Sayyaf melalui Nur Misuari, menempel di perusahaan dan menempel di Kementerian Pertahanan,” kata Ulya.

“Adanya pihak-pihak yang mengatasnamakan utusan pemerintah RI, bahkan mengaku sebagai wakil menteri pertahanan. Ternyata dia orang sipil dan bukan pejabat pemerintah, kemungkinan berpotensi hanya ingin mengambil keuntungan dari kasus penyanderaan yang sedang terjadi,” kata Ulya. Dia mengaku memiliki detailnya namun tidak mau mengungkapkan.

Dia juga menegaskan bahwa pemerintah harus memberikan warning keras bagi para nelayan-nelayan Indonesia untuk tidak mencari ikan di sana. Seperti Eropa yang melarang kapal-kapal ikannya beroperasi di wilayah konflik. “Jika terjadi peristiwa menimpa warganya, itu risiko sendiri. Atau perusahaan. Itu paling tidak bisa menjadi upaya preventif, mencegah penyanderaan,” kata Ulya sambil menambahkan bahwa di perairan Sabah terdapat sedikitnya tiga ribu nelayan asal Indonesia.

Baca:
Di Aleppo, Paramedis Menangis Selamatkan Bayi di Inkubator
350 Anak Palestina Hidup dalam Penjara di Israel

Pihak Malaysia yang dihubungi Tempo membantah keras soal tudingan Ulya. Pejabat yang tidak mau disebut namanya tersebut menyatakan Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) meningkatkan pengawasan perairan Sabah dengan menggerakkan lebih banyak aset pertahanannya sejak ancaman keselamatan yang merebak di pantai Barat negeri itu Maret lalu.

Aset pertahanan tersebut antara lain kapal patroli terbaru serta helikopter. Tentara laut Malaysia juga melakukan pengawasan negara selama 24 jam, tujuh hari seminggu.

Peristiwa penculikan kembali menimpa anak buah kapal asal Indonesia, Sabtu, 19 November 2016. Insiden yang terjadi sekitar pukul 19.20 waktu setempat menimpa Saparuddin bin Koni, 43 tahun, kapten kapal asal Bugis-Poliwali, Sulawesi Barat dan Sawal bin Maryam, 36 tahun, wakil kapten juga asal Bugis-Poliwali.

Peristiwa penculikan terjadi di Perairan Merabong antara Pulau Gaya dengan P. Pelda Sahabat Tungku, Lahad Datu, perairan Sabah. Saat kejadian, kapal diawaki oleh sekitar 15 ABK yang terdiri dari WNI dan suku Bajau Laut asal Filipina. Saat diserang, kapal sedang dalam perjalanan kembali ke pangkalan di Kunak, Sabah.

Beberapa waktu lalu dua kapten kapal juga diculik di perairan dekat Sungai Kinabatangan, Sabah. Namun kedua kapten kapal tersebut diketahui sudah berpindah tangan, dan kini dalam penyanderaan kelompok Abu Sayyaf.
NATALIA SANTI

Berita terkait

KFC Malaysia Tutup 100 Gerai di Tengah Marak Aksi Boikot Pro-Israel

1 hari lalu

KFC Malaysia Tutup 100 Gerai di Tengah Marak Aksi Boikot Pro-Israel

KFC menutup 100 gerainya di Malaysia. Perusahaan mengaku karena ekonomi sulit. Media lokal menyebut karena terdampak boikot pro-Israel.

Baca Selengkapnya

8 Makanan Oleh-Oleh Khas Malaysia yang Kekinian dan Murah

2 hari lalu

8 Makanan Oleh-Oleh Khas Malaysia yang Kekinian dan Murah

Saat melancong ke Malaysia, jangan lupa membeli oleh-oleh khas Malaysia yang kekinian dan murah. Berikut ini rekomendasinya.

Baca Selengkapnya

Bukan Hanya Malaysia , 3 Negara Asia Tenggara ini Pernah Lakukan Pencurian Ikan di Indonesia

3 hari lalu

Bukan Hanya Malaysia , 3 Negara Asia Tenggara ini Pernah Lakukan Pencurian Ikan di Indonesia

Sejumlah nelayan dari negara tetangga beberapa kali terlibat pencurian ikan di perairan Indonesia

Baca Selengkapnya

Desain Unik Skywalk Terpanjang di Dunia yang Baru Dibuka di Langkawi

3 hari lalu

Desain Unik Skywalk Terpanjang di Dunia yang Baru Dibuka di Langkawi

Langkawi menyuguhkan objek wisata baru berupa skywalk dengan desain untuk

Baca Selengkapnya

Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia Jadi Satu-satunya Negara Asia Tenggara yang Melaju ke Semifinal

4 hari lalu

Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia Jadi Satu-satunya Negara Asia Tenggara yang Melaju ke Semifinal

Timnas U-23 Indonesia akan berduel melawan Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024 pada senin malam WIB, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Pekerja Migran di Badau Perbatasan Indonesia-Malaysia

4 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Pekerja Migran di Badau Perbatasan Indonesia-Malaysia

Supriyanto mengatakan puluhan pekerja migran tersebut rata-rata berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

5 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

5 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap kapal pencuri ikan berbendera Malaysia. Kapal itu tercatat sudah dimusnahkan tapi masih beroperasi

Baca Selengkapnya

Jokowi Keluhkan Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Ini 3 Negara Populer Tujuan Wisata Medis WNI

6 hari lalu

Jokowi Keluhkan Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Ini 3 Negara Populer Tujuan Wisata Medis WNI

Presiden Jokowi mengeluhkan hilangnya Rp 180 triliun devisa karena masih banyak masyarakat berobat ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Mahathir Mohamad Diselidiki KPK Malaysia Atas Tuduhan Korupsi

6 hari lalu

Mahathir Mohamad Diselidiki KPK Malaysia Atas Tuduhan Korupsi

KPK Malaysia menyelidiki Mahathir Mohamad dan anak-anaknya atas dugaan korupsi.

Baca Selengkapnya