Obama Terima Pencari Suaka Australia, Bagaimana Trump?  

Reporter

Senin, 14 November 2016 13:26 WIB

Kamp pengungsi di Nauru. refugeeaction.org.au

TEMPO.CO, Canberra - Amerika Serikat telah menyetujui menerima beberapa pencari suaka Australia yang selama ini ditampung di kamp-kamp lepas pantai di Papua Nugini dan Nauru.

Kesepakatan tersebut diumumkan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull dan Menteri Imigrasi Peter Dutton pada Minggu, 13 November 2016, setelah bernegosiasi selama satu tahun.

Dalam pengumumannya, PM Turnbull tidak menentukan jumlah pengungsi yang akan diterima Amerika Serikat. Namun saluran berita lokal mengatakan sebagian besar pencari suaka yang berada di pusat-pusat pengungsian telah memenuhi syarat, termasuk beberapa pengungsi yang telah dibawa ke Australia untuk perawatan medis. Amerika juga akan memprioritaskan orang-orang lemah dan terancam serta yang telah berkeluarga.

Baca:
Ivanka, Kunci Kemenangan Trump dan Ibu Negara Sesungguhnya
Donald Trump Segera Deportasi 3 Juta Imigran Ilegal dari AS
Beritakan Suap, Pimpinan Media di Myanmar Masuk Penjara

Turnbull berujar, kesepakatan Amerika menerima pengungsi dari Australia tidak akan dibicarakan dengan Presiden Amerika terpilih Donald Trump. Alasannya, kesepakatan itu dicapai pada masa Presiden Barack Obama. "Kita berurusan dengan satu administrasi pada suatu waktu dan tidak mendiskusikan hal-hal rahasia dengan administrasi masa depan," tutur Turnbull.

Turnbull juga tidak mengatakan, apakah para pengungsi akan dipindahkan sebelum pemerintahan Trump berjalan efektif mulai 20 Januari 2016.

Seperti dilansir Russia Today pada 13 November 2016, berdasarkan kesepakatan tersebut, Kementerian Keamanan Amerika Serikat menyatakan akan memulai proses pemeriksaan dalam beberapa hari ke depan, sementara pemukiman kembali akan dimulai awal tahun depan.

Ada sekitar 1.200 orang yang berada di pusat penahanan di Pulau Manus, Papua Nugini, dan pulau kecil di Pasifik Selatan, Nauru. Menurut Amnesty Internasional, pemukiman kembali akan membawa harapan, meskipun tidak adanya rincian.

"Amnesty International telah melihat penyalahgunaan mengerikan yang sedang diderita pengungsi di Nauru dan di Pulau Manus, jadi kami senang mereka akan ditampung di Amerika Serikat," kata Dr Graham Thom, koordinator pengungsi Amnesty International Australia.

Kesepakatan itu sendiri mendapat keprihatinan atas sikap antiimigrasi Donald Trump. Beberapa orang mempertanyakan komitmennya terkait dengan kesepakatan itu. Misalnya Trump telah berjanji akan mendeportasi tiga juta imigran tak berdokumen dengan alasan melakukan aksi kriminal.

Selama kampanye, Trump pun telah berjanji menutup perbatasan Amerika bagi muslim, sementara sebagian besar pencari suaka di Manus dan Nauru beragama Islam.

Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry ketika berbicara di New Zealand menyatakan kesepakatan itu akan terus berjalan. Namun, ketika ditanyai mengenai Trump, Kerry tidak memberikan komentar.

RUSSIA TODAY | WASHINGTON POST | CNN | YON DEMA




Berita terkait

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

20 jam lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

1 hari lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

1 hari lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

1 hari lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

1 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

1 hari lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

1 hari lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

1 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya