Ilustrasi anak-anak terkena polusi udara. theguardian.com
TEMPO.CO, Washington - Lebih dari 300 juta anak-anak di seluruh dunia hidup dengan menghirup udara yang sangat tercemar, yang dapat menyebabkan kerusakan fisik, termasuk mempengaruhi perkembangan otak. Hal tersebut disampaikan Badan PBB untuk masalah anak (UNICEF) yang dirilis pada 31 Oktober 2016.
Menurut UNICEF, hampir satu dari tujuh anak-anak di seluruh dunia menghirup udara luar yang enam kali lebih tercemar dari batas peraturan internasional. Akibatnya, polusi udara ditempatkan sebagai faktor utama kematian anak-anak.
Dengan data satelit, UNICEF menemukan sekitar 2 miliar anak terkena polusi udara yang disebabkan debu, emisi kendaraan, dan penggunaan bahan bakar fosil yang melebihi pedoman kualitas udara minimum WHO.
Penelitian tersebut juga mengungkapkan, baik polusi udara dalam ruangan maupun luar ruangan, adalah salah satu bahaya yang mengarah pada kesehatan anak-anak. Sebanyak 600 ribu anak per tahun meninggal dunia akibat pneumonia dan penyakit pernapasan lain.
"Polusi udara merupakan faktor utama dalam kematian sekitar 600.000 anak balita setiap tahun, dan itu mengancam kehidupan dan masa depan jutaan anak setiap hari" kata Direktur Eksekutif UNICEF Anthony Lake.
UNICEF menerbitkan penelitian itu seminggu sebelum konferensi tahunan perubahan iklim PBB yang akan diselenggarakan di Maroko pada 7-18 November 2016.
Badan PBB yang mempromosikan hak dan kesejahteraan hidup anak-anak itu mendesak pemimpin dunia segera mengambil langkah untuk mengurangi polusi udara di negara mereka.
Menteri PPPA Apresiasi Program Binaan Pertamina di Sulsel
32 hari lalu
Menteri PPPA Apresiasi Program Binaan Pertamina di Sulsel
Kunjungan kerja Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia ke Provinsi Sulawesi Selatan menjadi momentum penting dalam mengapresiasi peran Pertamina dalam mendukung pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.