Relawan yang mengenakan helm putih di Suriah , berhasil meneriman penghargaan Nobel Perdamaian. aljazeera.com
TEMPO.CO, Beijing - Pemerintah Cina melalui Wakil Menteri Luar Negeri Li Baodong menyatakan posisi negaranya terhadap perang di Suriah sama seperti posisi Rusia.
Seperti dilansir Sputnik, Li menegaskan bahwa Cina dan Rusia telah membangun kemitraan strategis yang berkelanjutan terhadap krisis di Suriah. "Cina dan Rusia berada dalam posisi yang sama pada isu-isu penting internasional dan regional, termasuk konflik di Suriah dan Afganistan," ujar Li dalam konferensi pers di Beijing pada Senin, 10 Oktober 2016.
Li juga menambahkan, Presiden Xi Jinping ingin bertemu dengan Presiden Vladimir Putin di sela-sela KTT BRICS mendatang di Goa, India, akhir pekan ini, untuk membahas masalah politik regional dan internasional yang paling mendesak.
Dukungan Cina terhadap posisi Rusia di Suriah terlihat pada Sabtu pekan lalu ketika memilih mendukung rancangan resolusi yang dimajukan Rusia untuk menyelesaikan krisis Suriah di Dewan Keamanan PBB. Namun Cina menyesalkan proposal Rusia itu tidak diadopsi setelah ditolak Amerika Serikat dan sekutunya.
Cina menjelaskan bahwa proposal Rusia akan menjadi cara paling pasti untuk menghentikan permusuhan, akses kemanusiaan, dan pertarungan bersama yang lebih efektif melawan teror.
Rusia pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada Sabtu, 8 Oktober 2016, di New York, Amerika Serikat, menyerukan agar memberlakukan zona larangan terbang di atas Aleppo untuk menghormati kedaulatan dan integritas wilayah Suriah. Hal itu diajukan setelah memveto resolusi yang ditawarkan Prancis agar menghentikan perang di Aleppo.
Hubungan antara Rusia dan Barat, khususnya dengan Amerika Serikat, terus memburuk akibat perbedaan pendapat tentang Suriah. Ketegangan keduanya semakin memuncak setelah Amerika Serikat memutuskan untuk menghentikan pembicaraan dengan Rusia tentang upaya damai di Suriah, yang mendapat kecaman keras dari Moskow.