TEMPO.CO, Moskow - Mantan Presiden Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, akhirnya buka suara setelah menyaksikan ketegangan memanas antara Amerika Serikat dan Rusia yang dipicu keterlibatan dua negara itu dalam konflik bersenjata di Suriah.
Gorbachev membandingkan situasi memburuknya hubungan Barat-Timur akhir-akhir ini yang dipicu perang di Suriah dengan krisis terburuk pada masa Perang Dingin. Situasi saat ini dianggapnya membahayakan.
"Saya pikir dunia telah mencapai titik berbahaya," kata Gorbachev, 85 tahun, kepada Ria Novosti.
Baca:
Rusia Buka Kembali Pangkalan militernya di Vietnam dan Kuba
Putin-Erdogan Sepakat Akhiri Konflik Bersenjata di Suriah
Gorbachev, yang menjadi saksi kehancuran Uni Soviet, meminta permusuhan Rusia dengan Amerika diakhiri. Ia menolak memberikan resep jitu dan konkret untuk mengatasi ketegangan dua negara ini.
Baca Juga:
"Saya tidak mau memberikakan resep konkret, tapi saya mau mengatakan hal ini perlu dihentikan. Kita perlu memperbarui dialog. Hentikan hal yang merupakan kesalahan terbesar," ujar Gorbachev.
Menurut Gorbachev, semua pihak yang terlibat dalam konflik di Suriah kembali menentukan prioritas utama. "Ini mengenai peralatan senjata nuklir, pertempuran melawan terorisme, dan mencegah bencana alam," tutur Gorbachev.
Baca:
Begini Tawaran Damai Versi Oposisi Kolombia
Jabat Tangan Dua Menteri Ini Dihujani Kecaman
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier mengingatkan mengenai pemikiran yang keliru bahwa situasi sekarang mirip Perang Dingin. Menurut dia, situasi sekarang juga lebih buruk daripada Perang Dingin. "Situasi sekarang berbeda dan lebih membahayakan," ucap Steinmeier.
Gorbachev menjadi Presiden Uni Soviet dari 1985 sampai 1991. Ia dikenal sebagai sosok yang membubarkan Uni Soviet dan mengakhiri Perang Dingin serta membangun arsitektur pengawasan senjata nuklir.
TELEGRAPH | MARIA RITA