CIA Berencana Bunuh Presiden Duterte

Reporter

Jumat, 30 September 2016 16:32 WIB

Presiden Republik Filipina, Rodrigo Roa Duterte, tiba dalam kunjungan kenegaraan di Istana Merdeka, Jakarta, 9 September 2016. Isu keamanan di perairan Indonesia dan Filipina akan menjadi salah satu fokus pembahasan kedua kepala negara. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan badan intelijen Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA), berencana untuk membunuhnya.

Hal itu terungkap dalam pidato yang disampaikan di hadapan masyarakat Filipina di Intercontinental Hotel, Hanoi, Vietnam, pada Rabu malam, 28 September 2016. "Itulah kondisinya. Mereka mengatakan CIA berencana untuk membunuh saya," kata Presiden Duterte seperti yang dilansir Sun Star.

Kemudian dengan nada bercanda, Presiden Duterte yang kini berusia 71 tahun bersyukur sebab CIA telah menyadarkannya bahwa dia sekarang seorang presiden. Presiden Duterte mengatakan ia masih tidak percaya bahwa ia adalah seorang presiden.

"Sampai sekarang, saya tidak percaya bahwa akulah (Presiden). Beri aku kesempatan untuk berpikir (dan menyadari bahwa akulah) Presiden," kata Presiden Duterte.

Baca:
Donald Trump Langgar Embargo AS, Berbisnis di Kuba
Kongres Setujui RUU Keluarga Korban 9/11 Gugat Arab Saudi

Rencana CIA membunuh Presiden Duterte berdasarkan kesaksian Wilford Palma, yang ditangkap otoritas atas kasus penyelundupan senjata dari Amerika. Palma mengungkapkan pelanggan regulernya telah memberi tahu Palma tentang rencana pembunuhan terhadap Presiden Duterte.

Terpengaruh oleh ancaman kematian, Presiden Duterte mengatakan dia bersedia untuk mempertaruhkan hidupnya untuk memenuhi mandat dalam melayani rakyat Filipina.

Ancaman pembunuhan Presiden Duterte datang di tengah kampanyenya memerangi narkoba yang telah menewaskan ribuan orang. Kebijakan Presiden Duterte memerangi para penjahat narkoba mendapat kecaman dari luar negeri, terutama Amerika.

Baca:
Pasifik Tantang Indonesia Bongkar Pelanggaran HAM di Papua
Belanda Cari Bukti 2 Pria Ini Terlibat Merudal MH17

Namun, Presiden Duterte dalam pidato-pidatonya secara konsisten meminta pasukan pemerintah untuk melanjutkan perang berdarah melawan narkoba, meskipun dia telah meninggal saat masih memimpin Filipina.

Tuduhan Duterte terkait dengan CIA tersebut dibuat setelah serangkaian pernyataannya yang cukup memanaskan pihak Amerika, mulai dari menghina Presiden Barack Obama hingga yang terbaru untuk mengakhiri hubungan dengan negeri Paman Sam tersebut.

Sebelumnya dia menekankan bahwa Filipina tidak akan bergabung dengan Amerika dalam patroli Laut Cina Selatan yang disengketakan.

Presiden Duterte juga telah mengindikasikan ia ingin menjauhkan Filipina dari Amerika dan membentuk aliansi baru dengan Cina dan Rusia, dua negara dengan akar komunis yang selama ini sering berbeda dengan negara adidaya Barat itu di panggung internasional.

SUN STAR| INQUIRER | YON DEMA

Berita terkait

Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel Dilanjutkan di Kairo pada Hari Ini

22 hari lalu

Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel Dilanjutkan di Kairo pada Hari Ini

Negosiasi gencatan senjata di Gaza, setelah sekitar setengah tahun pertempuran antara tentara Israel dan Hamas, akan berlangsung hari ini di Kairo

Baca Selengkapnya

Intelijen Militer Rusia Disebut Terkait 'Sindrom Havana', Penyakit Apakah itu?

28 hari lalu

Intelijen Militer Rusia Disebut Terkait 'Sindrom Havana', Penyakit Apakah itu?

Laporan Insider menyebutkan anggota unit intelijen militer Rusia (GRU) kemungkinan terlibat dalam penyebaran Sindrom Havana.

Baca Selengkapnya

CIA Beri Dana dan Latih Mata-mata Ukraina, Siapa yang Diuntungkan?

26 Februari 2024

CIA Beri Dana dan Latih Mata-mata Ukraina, Siapa yang Diuntungkan?

CIA mendanai dan melatih mata-mata Ukraina untuk menghadapi Rusia sejak 2014.

Baca Selengkapnya

Netanyahu Temui Direktur CIA dalam Kunjungan Mendadak ke Israel

16 Februari 2024

Netanyahu Temui Direktur CIA dalam Kunjungan Mendadak ke Israel

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Direktur CIA dalam sebuah kunjungan mendadak ke Israel.

Baca Selengkapnya

Presiden Palestina Desak Hamas Setujui Gencatan Senjata di Gaza

15 Februari 2024

Presiden Palestina Desak Hamas Setujui Gencatan Senjata di Gaza

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menekan kelompok pejuang Hamas pada Rabu untuk segera menyetujui kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

1 Februari 2024

Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

Menanggapi tuduhan keras Duterte, Marcos hanya tertawa. Dia menyatakan bahwa ia tidak akan memberikan tanggapan serius terhadap pertanyaan tersebut.

Baca Selengkapnya

Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

31 Januari 2024

Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.

Baca Selengkapnya

Bos CIA dan Mossad Temui PM Qatar, Kembali Negosiasi Pembebasan Sandera di Gaza

26 Januari 2024

Bos CIA dan Mossad Temui PM Qatar, Kembali Negosiasi Pembebasan Sandera di Gaza

Direktur CIA William Burns akan bertemu kepala Mossad, dan PM Qatar untuk membahas pembebasan sandera Israel di Gaza

Baca Selengkapnya

CIA Rekrut Intel Rusia Lewat Video, Ditawarkan Jadi Mata-mata

24 Januari 2024

CIA Rekrut Intel Rusia Lewat Video, Ditawarkan Jadi Mata-mata

Badan intelijen AS, CIA mengedarkan video untuk merekrut anggota dari dinas rahasia Rusia.

Baca Selengkapnya

Intelijen AS Temukan Bukti ISIS Afghanistan di Balik Pengeboman Iran

6 Januari 2024

Intelijen AS Temukan Bukti ISIS Afghanistan di Balik Pengeboman Iran

Penyadapan komunikasi oleh intelijen Amerika Serikat mengkonfirmasi bahwa cabang ISIS berbasis di Afghanistan melakukan dua pemboman di Iran

Baca Selengkapnya