Duterte Pernah Perintahkan 'Regu Jagal' Bunuh Jurnalis  

Reporter

Kamis, 15 September 2016 14:19 WIB

Edgar Matobato, anggota Davao Death Squad, mengambil sumpah di hadapan komite Senat pada keadilan dan hak asasi manusia, 15 September, 2016. RICHARD REYES/PHILIPPINE Inquirer DAILY

TEMPO.CO, Manila- Pengakuan mengejutkan datang dari seorang mantan jagal di Davao City, Filipina terkait keterlibatan presiden Rodrigo Duterte terlibat pembunuhan seorang jurnalis tahun 2003. Saat itu, Duterte menjabat sebaga wali kota Davao.

Edgar Matobato, mantan anggota jagal dengan organisasinya dinamai Regu kematian Davao (Davao Death Squad-DDS), menjelaskan Duterte memerintahkan untuk membunuh Jun Pala, jurnalis radio yang terkenal kerap memberikan kritik keras terhadap pemerintahannya.

Pengakuan tersebut dibuat Matobato saat memberikan kesaksian di bawah sumpah untuk bersaksi di hadapan Senat hari ini, 15 September 2016 Kesaksian ini sebagai kelanjutan dari rapat dengar pendapat Komite Senat untuk keadilan dan hak asasi manusia mengenai serentatan pembunuhan di Filipina.

Baca: Kesaksian 'Regu Jagal': Duterte Pernah Perintah Bunuh Muslim

Matobato yang dihadirkan di Senat oleh Senator Leila de Lima mengaku telah menjadi anggota DDS selama puluhan tahun, mengatakan bahwa kelompok preman i membunuh Pala atas perintah Duterte.

"Benar, Duterte yang memerintahkan untuk membunuh Jun Pala saat menjabat sebagai wali kota Davao pada 2003," jawab Matobato ketika ditanya De Lima, seperti yang dilansir Inquirer pada 15 September 2016.

Ketika De Lima kembali memberikan pertanyaan terkait alasan perintah pembunuhan tersebut, Matobato menjawab bahwa Duterte tidak suka dengan Pala yang kerap mengkritiknya melalui saluran radio.

Namun, Matobato bukan eksekutor pembunuhan Pala, karena terlambat datang untuk bergabung dengan operasi tersebut. Akhirnya temannya yang dikenal dengan kode rahasia SpO2 Jun Ayao, SPO3 Jun Loresma dan beberapa pemberontak yang bergabung dengan DDS ditugaskan melakukan pembunuhan.

Baca: Sumpah Duterte ke Abu Sayyaf: Saya Akan Memakanmu

Matobato mengatakan ia menunggu di sebuah restoran di Ecoland yang menjadi langganan Duterte untuk memastikan bahwa Pala benar-benar tewas.

Pala, 49 tahun yang bekerja di radio dxGO tewas pada 6 September 2003 setelah ditembak oleh orang yang tidak dikenal di jalan dekat rumahnya di Empress Subbagian, Davao. Kematiannya menjadi misteri besar di Filipina.

Ketika Duterte baru dilantik menjadi penguasa Malacanang sempat mengkritik wartawan korup yang dianggap kerap menggunakan profesinya untuk memeras uang politisi, bahkan menyebut Pala sebagai contohnya.

"Contohnya adalah Pala. Saya tidak ingin membuka lagi memori, tapi dia adalah seorang anak busuk dari pelacur. Dia layak mendapatkannya," ujar Duterte.

Selain pembunuhan terhadap Pala, Matobato dalam kesaksiannya juga mengaku telah diperintah oleh Duterte untuk meledakkan bom di masjid setelah bom meledak di Katedral di kota Davao tahun 1993. Beberapa kejahatan lainnya juga telah diperintahkan Duterte dengan memanfaatkan kewenangannya saat itu.
INQUIRER|YON DEMA

Berita terkait

Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

1 Februari 2024

Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

Menanggapi tuduhan keras Duterte, Marcos hanya tertawa. Dia menyatakan bahwa ia tidak akan memberikan tanggapan serius terhadap pertanyaan tersebut.

Baca Selengkapnya

Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

31 Januari 2024

Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.

Baca Selengkapnya

Peraih Nobel Perdamaian, Maria Ressa, Dibebaskan dari Kasus Pajak Filipina

12 September 2023

Peraih Nobel Perdamaian, Maria Ressa, Dibebaskan dari Kasus Pajak Filipina

Maria Ressa, peraih Nobel Perdamaian 2021 bersama jurnalis Rusia, mendapatkan reputasi karena pengawasan terhadap mantan Presiden Rodrigo Duterte.

Baca Selengkapnya

Kembalinya Keluarga Marcos Berkuasa di Filipina Disambut Protes Mahasiswa

10 Mei 2022

Kembalinya Keluarga Marcos Berkuasa di Filipina Disambut Protes Mahasiswa

Sekitar 400 mahasiswa melakukan protes di luar gedung Komisi Pemilihan Filipina menentang kemenangan Ferdinand Marcos Jr dalam pemilihan presiden

Baca Selengkapnya

Pilpres Filipina: Profil Ferdinand Marcos Jr, Si Bongbong Penerus Dinasti Marcos

9 Mei 2022

Pilpres Filipina: Profil Ferdinand Marcos Jr, Si Bongbong Penerus Dinasti Marcos

Calon-calon yang bertarung dalam pilpres Filipina ada 10 kandidat dan terdapat 3 nama yang digadang-gadang menggantikan Presden Duterte.

Baca Selengkapnya

Putra Eks Diktator Filipina Marcos Berpeluang Besar Menjadi Presiden

7 Februari 2022

Putra Eks Diktator Filipina Marcos Berpeluang Besar Menjadi Presiden

Putra mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos menjadi kandidat yang paling berpeluang menggantikan Presiden Rodrigo Duterte

Baca Selengkapnya

KPU Filipina Tolak Petisi untuk Melarang Anak Marcos Jadi Capres

17 Januari 2022

KPU Filipina Tolak Petisi untuk Melarang Anak Marcos Jadi Capres

Komisi pemilihan umum (KPU) Filipina menolak petisi yang berusaha untuk melarang putra mendiang diktator Ferdinand Marcos menjadi capres

Baca Selengkapnya

Filipina Larang Warga Belum Vaksin COVID-19 Naik Transportasi Publik di Manila

14 Januari 2022

Filipina Larang Warga Belum Vaksin COVID-19 Naik Transportasi Publik di Manila

Aturan pemerintah Filipina ini menuai kecaman karena dianggap mendiskriminasi warga miskin yang belum memperoleh akses vaksin COVID-19

Baca Selengkapnya

Warga Filipina yang Belum Imunisasi Vaksin Covid-19 Bisa Ditahan, Jika ...

7 Januari 2022

Warga Filipina yang Belum Imunisasi Vaksin Covid-19 Bisa Ditahan, Jika ...

Warga Filipina yang belum imunisasi vaksin Covid-19 agar tidak keluar rumah jika tidak mendesak. Mereka bakal ditahan jika tak patuh.

Baca Selengkapnya

Duterte Menolak Minta Maaf atas Pelanggaran HAM selama Perang Melawan Narkoba

5 Januari 2022

Duterte Menolak Minta Maaf atas Pelanggaran HAM selama Perang Melawan Narkoba

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan dia tidak akan pernah meminta maaf atas kematian tersangka narkoba yang dibunuh di luar hukum.

Baca Selengkapnya