Kesaksian 'Regu Jagal': Duterte Pernah Perintah Bunuh Muslim  

Reporter

Kamis, 15 September 2016 10:54 WIB

Edgar Matobato di sidang Senat pada pembunuhan di luar hukum, 15 September 2016. Bea Cupin/Rappler

TEMPO.CO, Manila - Mantan anggota Regu kematian Davao (Davao Death Squad-DDS) bernama Edgar Matobato membuat pernyataan menggemparkan di ruang Senat, Kamis, 15 September 2016. Matobato yang memberikan kesaksian di bawah sumpah mengatakan swaktu Rodrigo Duterte menjabat wali kota Davao pernah memerintahkan dirinya sebagai anggota DDS untuk meledakkan masjid dan membunuh umat Islam (muslim). Perintah Duterte itu disampaikan pada tahun 2013.

Matobato dihadirkan oleh Senator Leila de Lima untuk bersaksi di hadapan Senat. Kesaksian ini sebagai kelanjutan dari rapat dengar pendapat Komite Senat untuk keadilan dan hak asasi manusia mengenai serentatan pembunuhan di Filipina.

Matobato mengatakan Duterte, sekarang Presiden Filipina, mengeluarkan perintah meledakkan bom di masjid setelah bom meledak di Katedral di kota Davao tahun 1993. "Duterte mengeluarkan perintah untuk membunuh muslim di masjid itu," kata Matobato mengutip Rappler.

Menurut Matobato, Duterte sendiri yang datang ke kantor DDS untuk memberikan tugas peledakan masjid. Matobato mengaku ia yang melemparkan granat ke arah masjid Bangkerohan. Tidak ada terluka dalam ledakan itu.

Matobato dulunya anggota Cafgu (Pasukan Sipil Bersenjata Unit Geografik) hingga Duterte menjadi wali kota Davao pada tahun 1988. Ia kemudian direkrut Duterte untuk bergabung dengan kelompok yang diberi nama Lambada Boys. Jumlah anggota Lambada Boys hanya tujuh orang.

Tak lama kemudian nama Lambada Boys diubah menjadi DDS, organisasi yang sudah lama diketahui sebagai penangung jawab pembunuhan di Davao.

Pada tahun 1993, jumlah DDS bertambah termasuk para pemberontak dan polisi. Tugas DDS, kata Matobato: membunuh orang.

Matobato kembali diperintahkan Duterte membunuh Sally Makdum. Duterte meminta DDS menculik dan membunuhnya dan memotong tubuhnya.

Soal pembunuhan Sally Makdum, kata Matobato, juga diketahui oleh Kepala Polisi Nasional Filipina Ronald dela Rosa. Saat peristiwa itu terjadi, dela Rosa sebagai Kepala gugus tugas kejahatan teroganisir kota Davao.
INQUIRER | RAPPLER | MARIA RITA

Baca:
Cina Tolak Jatuhkan Sanksi ke Korea Utara, Ini Alasannya
Misteri Terjawab, Alasan Sungai Berwarna Merah di Kota Ini






Advertising
Advertising





Berita terkait

Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

1 Februari 2024

Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

Menanggapi tuduhan keras Duterte, Marcos hanya tertawa. Dia menyatakan bahwa ia tidak akan memberikan tanggapan serius terhadap pertanyaan tersebut.

Baca Selengkapnya

Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

31 Januari 2024

Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.

Baca Selengkapnya

Peraih Nobel Perdamaian, Maria Ressa, Dibebaskan dari Kasus Pajak Filipina

12 September 2023

Peraih Nobel Perdamaian, Maria Ressa, Dibebaskan dari Kasus Pajak Filipina

Maria Ressa, peraih Nobel Perdamaian 2021 bersama jurnalis Rusia, mendapatkan reputasi karena pengawasan terhadap mantan Presiden Rodrigo Duterte.

Baca Selengkapnya

Kembalinya Keluarga Marcos Berkuasa di Filipina Disambut Protes Mahasiswa

10 Mei 2022

Kembalinya Keluarga Marcos Berkuasa di Filipina Disambut Protes Mahasiswa

Sekitar 400 mahasiswa melakukan protes di luar gedung Komisi Pemilihan Filipina menentang kemenangan Ferdinand Marcos Jr dalam pemilihan presiden

Baca Selengkapnya

Pilpres Filipina: Profil Ferdinand Marcos Jr, Si Bongbong Penerus Dinasti Marcos

9 Mei 2022

Pilpres Filipina: Profil Ferdinand Marcos Jr, Si Bongbong Penerus Dinasti Marcos

Calon-calon yang bertarung dalam pilpres Filipina ada 10 kandidat dan terdapat 3 nama yang digadang-gadang menggantikan Presden Duterte.

Baca Selengkapnya

Putra Eks Diktator Filipina Marcos Berpeluang Besar Menjadi Presiden

7 Februari 2022

Putra Eks Diktator Filipina Marcos Berpeluang Besar Menjadi Presiden

Putra mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos menjadi kandidat yang paling berpeluang menggantikan Presiden Rodrigo Duterte

Baca Selengkapnya

KPU Filipina Tolak Petisi untuk Melarang Anak Marcos Jadi Capres

17 Januari 2022

KPU Filipina Tolak Petisi untuk Melarang Anak Marcos Jadi Capres

Komisi pemilihan umum (KPU) Filipina menolak petisi yang berusaha untuk melarang putra mendiang diktator Ferdinand Marcos menjadi capres

Baca Selengkapnya

Filipina Larang Warga Belum Vaksin COVID-19 Naik Transportasi Publik di Manila

14 Januari 2022

Filipina Larang Warga Belum Vaksin COVID-19 Naik Transportasi Publik di Manila

Aturan pemerintah Filipina ini menuai kecaman karena dianggap mendiskriminasi warga miskin yang belum memperoleh akses vaksin COVID-19

Baca Selengkapnya

Warga Filipina yang Belum Imunisasi Vaksin Covid-19 Bisa Ditahan, Jika ...

7 Januari 2022

Warga Filipina yang Belum Imunisasi Vaksin Covid-19 Bisa Ditahan, Jika ...

Warga Filipina yang belum imunisasi vaksin Covid-19 agar tidak keluar rumah jika tidak mendesak. Mereka bakal ditahan jika tak patuh.

Baca Selengkapnya

Duterte Menolak Minta Maaf atas Pelanggaran HAM selama Perang Melawan Narkoba

5 Januari 2022

Duterte Menolak Minta Maaf atas Pelanggaran HAM selama Perang Melawan Narkoba

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan dia tidak akan pernah meminta maaf atas kematian tersangka narkoba yang dibunuh di luar hukum.

Baca Selengkapnya