Nyamuk Aedes aegypti betina disimpan dalam wadah di Biomedical Sciences Institute du Universitas Sao Paulo, Brasil, 18 Januari 2016. Nyamuk Aedes aegypti diduga sebagai vektor untuk menularkan virus Zika yang dapat menyebabkan kerusakan otak pada janin dalam kandungan. AP/Andre Penner
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengaku sudah mendapat kabar tentang 41 orang yang terinfeksi virus Zika di negara tetangga Indonesia, Singapura. Merespons hal itu, kata Retno, Indonesia dalam posisi waspada.
"Kami meningkatkan kewaspadaan karena Singapura, Indonesia, dan Malaysia makin berhubungan satu sama lain. Jadi, harus dicegah, jangan sampai terjadi di Indonesia (penyebaran virus Zika)," ujar Retno saat dicegat awak media di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin, 29 Agustus 2016.
Sebelumnya, dikabarkan total 41 orang telah terinfeksi virus Zika di Singapura. Infeksi pertama terjadi pada Mei lalu melalui seorang pria berusia 48 tahun yang baru saja kembali dari Brasil.
Sejauh ini, pemerintah Singapura mengklaim 34 dari 41 orang tersebut sudah pulih dari virus Zika. Tujuh sisanya masih berada di Rumah Sakit Tan Tock Seng, Singapura.
Zika selama ini diklaim hanya berdampak ringan bagi sebagian besar orang. Namun, di sisi lain, diduga juga dapat mematikan bayi dalam kandungan. Infeksi pada waktu kehamilan dapat mengakibatkan bayi lahir dengan kepala kecil—kelainan yang disebut microcephaly—dan cacat otak lainnya.
Retno mengaku masih harus memastikan potensi bahaya masuknya virus Zika ke Indonesia. Koordinasi dengan Duta Besar Indonesia di Singapura serta Kementerian Kesehatan sudah dilakukan untuk mendapatkan langkah yang tepat atas situasi ini.
"Intinya adalah satu, kita ingin mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai masalah kasus yang muncul. Kemudian yang kedua tentunya preventif," ujar Retno. ISTMAN M.P.