Kandidat presiden dari Republikan, Donald Trump, melakukan gerakan ala petinju, saat menyapa peserta kampanye di New Orleans, 4 Maret 2016. AP/Gerald Herbert
TEMPO.CO, JWilmington - Kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump membuat pernyataan bernada ancaman kekerasan terhadap pesaing utamanya, Hillary Clinton. Trump mengatakan tentang kemungkinan para pendukung hak-hak kepemilikan senjata bagi warga AS akan membunuh Clinton jika terpilih jadi presiden.
Trump mengeluarkan pernyataan bernada ancaman kekerasan kepada Clinton saat berkampanye di Wilmington, Selasa, 9 Agustus 2016. Trump menentang gagasan Clinton yang akan menghapus hak warga AS untuk memiliki senjata.
Trump kemudian mengaitkan pernyataan Clinton sebagai pelanggaran terhadap Amandemen Kedua yang memberi hak bagi warga AS untuk memiliki senjata guna melindungi diri.
"Jika dia memilih hakim-hakimnya, tidak ada yang kamu bisa lakukan, teman. Meskipun ada Amandemen Kedua, mungkin ada, tapi saya tidak tahu," kata Trump.
Pernyataan Trump menuai gelombang kecaman dari partai Demokrat, partai pendukung Clinton dalam pertarungan menjadi presiden AS tanggal 8 November 2016.
Sampai-sampai kandidat wakil presiden pilihan Clinton, Tim Kaine,menyatakan ketidakpercayaannya dengan pernyataan Trump. "Tak seorangpun yang sedang mengincar posisi pemimpin, khususnya presiden, pemimpin negara ini, melakukan sesuatu yang berwajahkan kekerasan, dan itu yang tadi dia katakan," kata Kaine di Austin, Texas seperti dikutip dari New York Times.
Juru bicara partai Republik, Paul D. Ryan yang bersitegang dengan Trump mengatakan pernyataan rekannya itu terdengar canda yang berakhir buruk. "Anda seharusnya tidak pernah bercanda tentang hal itu. Saya harapkan dia secepatnya menjernihkannya," ujar Ryan.
Sepertinya Trump tidak bercanda dalam kampanyenya mendorong para pendukung hak warga AS tetap memiliki senjata untuk menolak Clinton. Bahkan dalam wawancara dengan CBS di North Caroline, Selasa, 9 Agustus 2016 tengah malam, ia menegaskan bahwa pendukung Amandemen Kedua memiliki kekuasaan yang sangat luar biasa, oleh karenanya mereka bersatu.
Gara-gara pernyataan Trump bernada ancaman kekerasan terhadap Clinton, juru bicara pasukan khusus AS (Secret Service) mengatakan, mereka jadi waspada terhadap pernyataan Trump.
Sosial media seperti Twitter dipenuhi komentar bernada marah dan kritik pedas kepada Trump. NEW YORK POST | HUNFFINGTON POST | MARIA RITA
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
33 hari lalu
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.