Cina Ingin Cara Deng Xiaoping Diterapkan di Laut Cina Selatan

Reporter

Rabu, 3 Agustus 2016 12:13 WIB

Tiongkok memiliki tiga armada laut, yaitu Armada Laut Timur, Armada Laut Utara, dan Armada Laut Selatan. Armada Laut Selatan bermarkas di Guangzhou dan beroperasi di Selatan Tiongkok, termasuk Laut Cina Selatan. Kekuatan utama Armada Selatan Cina bertumpu pada kapal induk Lioaning (16). Kapal induk ini dibeli Tiongkok dari Ukraina, pada 1998. Kapal induk Liaoning mampu membawa 36 pesawat dan helikopter, yaitu 24 pesawat tempur Shenyang J-15, 6 helikopter Changhe Z-18, 4 helikopter Ka-31, dan 2 helikopter Harbin Z-9. Pesawat tempur J-15 mirip dengan Su-33, pesawat tempur berbasis kapal induk Rusia. military.china.com

TEMPO.CO, Beijing - Pemimpin Cina mendesak supaya elemen militer digunakan untuk menunjukkan 'reaksi yang lebih kuat' atas keputusan Mahkamah Arbitrase Internasional (PCA) di Den Haag, Belanda, yang menolak klaim Beijing atas Laut Cina Selatan.

Keputusan PCA pada 12 Juli lalu yang dianggap mendukung Filipina, menyaksikan peningkatan gelombang sentimen nasional, demonstrasi, dan pernyataan tegas dari penulis serta media lokal di Cina.

Sejauh ini, Beijing memang tidak menunjukkan sinyal untuk mengambil tindakan yang lebih tegas. Sebaliknya, Cina malah meminta supaya satu solusi damai melalui negosiasi, dan pada saat yang sama berikrar untuk mempertahankan kedaulatan wilayah Cina.

Menurut beberapa sumber yang dekat dengan pemerintah dan militer Cina, mereka yakin tentara mungkin akan mengambil tindakan tegas termasuk penggunaan senjata sebagai respons yang ditargetkan ke Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

"Tentara Pembebasan Rakyat Cina (PLA) sudah siap. Kami seharusnya masuk dan tewaskan mereka seperti yang dilakukan Deng Xiaoping ke Vietnam pada 1979," kata sumber itu.

Sumber itu mengacu pada invasi Cina atas Vietnam untuk menghukum Hanoi karena menjatuhkan sekutu Beijing di Kamboja, Khmer Merah, tahun 1970-an yang menewaskan sekitar 1,2 juta orang kurang dari enam bulan.

Sumber yang tidak ingin namanya diungkapkan itu mengatakan Presiden Cina Xi Jinping menginginkan lingkungan luar yang stabil ketika Beijing mengelola masalah pembangunannya sendiri termasuk perlambatan ekonomi.

Banyak yang berharap Jinping akan mengambil tindakan drastis menjelang penyelenggaraan KTT G-20 di Cina pada September ini.

Namun, keputusan pengadilan di Den Haag mungkin meningkatkan risiko setiap provokasi atau insiden yang tidak disengaja di Laut Cina Selatan yang akan meningkatkan risiko meletus pertempuran yang lebih serius.

Satu lagi sumber yang dekat dengan pemerintah, Liang Fang, yang juga merupakan seorang profesor di Universitas Pertahanan Nasional Cina, menggambarkan mood PLA saat ini agak agresif.

"AS akan melakukan apa yang harus mereka lakukan dan kami akan bertindak serupa. Keseluruhan sayap militer telah diperkuat. Keputusan itu merupakan pukulan bagi Cina," katanya, seperti yang dilansir Washington Times pada 1 Agustus 2016.

Laut Cina Selatan merupakan jalur perairan yang sangat bernilai. Setiap tahun nilai perdagangan internasional di sekitar laut itu mencapai US$ 5 triliun. Sebagian besar laut tersebut diklaim oleh Cina, meskipun ada tumpang-tindih klaim oleh Brunei Darussalam, Taiwan, Filipina, Vietnam, dan Malaysia.

WASHINGTON TIMES | RT | SPUTNIK NEWS | YON DEMA

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

6 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

16 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

2 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

3 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya