Turki Minta Kamboja Tutup Sekolah Milik Fethullah Gulen

Reporter

Selasa, 19 Juli 2016 09:30 WIB

Sekolah internasional Zaman di Phnom Penh. phnompenhpost.com

TEMPO.CO, Phnom Penh - Dampak kudeta berdarah di Turki dirasakan warga Kamboja. Penyebabnya, Turki meminta Kamboja menutup sekolah dan universitas yang didirikan Fethullah Gulen di Kamboja.

Duta Besar Turki untuk Kamboja, Ilhan Khemal Tug meminta pemerintah Kamboja untuk bertindak dengan menutup sekolah dan universitas yang bekerja sama dengan Gulen, yakni Zaman Internasional School dan Zaman University di Phnom Penh, ibukota Kamboja.

Tug beralasan Gulen dan semua hal yang berkaitan dengan ulama dan pengusaha asal Turki itu telah dinyatakan sebagai organisasi teroris sejak tahun 2013. Turki mencap Gulen sebagai teroris sejak hubungan Gulen dan Presiden Recep Tayyib Erdogan memburuk tahun 2013.

Zaman International School telah beroperasi di Kamboja mendekati 20 tahun lamanya. Pendiri sekolah ini bernama Atilla Yusef Guleker, mantan jurnalis di Turki dan anggota gerakan Gulen.

Menanggapi permintaan Turki itu, pemimpin perusahaan Zaman yang menjalankan sekolah-sekolah itu di Kamboja, Ejder Kilic mengatakan hubungan yang terjadi antara sekolah dengan Gulen hanyalah bersifat spiritual.

"Tak pernah ada jaringan resmi,seperti kepemilikan atau keterlibatan dalam administrasi sekolah, dia tidak pernah terlibat dalam segala hal seperti proses membuat keputusan dalam membentuk dan menjalankan sekolah-sekolah," kata Kilic seperti dikutip dari PhnomPenhpost, Selasa, 19 Juli 2016.

Sekolah Zaman, Kilic melanjutkan, mendapat lisensi dari Kementerian Pendidikan, Pemuda dan Olah raga. Sekolah dijalankan oleh perusahaan Zaman yang juga terdaftar di Kementerian Perdagangan. Sekolah ini secara teratur diawasi, membayar pajak dan dijalankan oleh Dewan Sekolah.

Juru bicara Kementerian Perdagangan, Seung Sophari, menjelaskan, Turki memang telah mengingatkan mereka mengenai keberadaan sekolah dan kampus itu sebelumnya.

"Kedutaan Turki mengingatkan kami satu kali sebelum sekolah itu terlibat bersama masyarakat untuk menuntut pemerintah dijatuhkan," kata Sophari. Namun, Kamboja belum mengambil langkah apapun karena Hun Sen masih di luar negeri.

Di situs kantor Perdana Menteri Hun Sen, ditemukan penjelasan bahwa Perdana Menteri menyetujui pemberian izin pendirian Universitas Zaman tahun 2010. Wakil Perdana Menteri SOk An menyatakan keberadaan sekolah ini akan meningkatkan hubungan bilateral antara Turki dan Kamboja.

Sejumlah pejabat tinggi pemerintah Turki, kata Kilic, bahkan ikut hadir dalam acara inagurasi universitas Zaman termasuk Wakil Perdana Menteri Turki Bulent Arinc hadir di acara itu. "Pejabat-pejabat ini masih menjabat di pemerintahan Turki," kata Killic.

PHNOM PENH POST | MARIA RITA

Berita terkait

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

1 hari lalu

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

Cuaca panas menerjang sejumlah negara di Asia. Di Kamboja, gudang amunisi meledak hingga menyebabkan 20 tentara tewas.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

6 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

7 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

Recep Tayyip Erdogan Rapat dengan Ketua Hamas Bahas Perang Gaza

13 hari lalu

Recep Tayyip Erdogan Rapat dengan Ketua Hamas Bahas Perang Gaza

Recep Tayyip Erdogan dalam rapat dengan Hamas, berjanji memberikan dukungan pada warga Gaza yang saat ini menderita akibat perang Gaza

Baca Selengkapnya

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

24 hari lalu

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

Selama ini, penyiksaan terhadap kera di Angkor tidak mencolok, tapi lama kelamaan kasusnya semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Erdogan Kalah, 5 Hal tentang Pemilu Turki

32 hari lalu

Erdogan Kalah, 5 Hal tentang Pemilu Turki

Recep Tayyip Erdogan dan partainya pada Ahad, 31 Maret 2024, ketar-ketir dalam pemilu yang menegaskan kembali oposisi sebagai kekuatan politik

Baca Selengkapnya

Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

36 hari lalu

Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengatakan jika disahkan oleh parlemen, undang-undang kasino akan menghasilkan lebih banyak lapangan kerja

Baca Selengkapnya

Terkini: Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Tembus Rp 11 Triliun, Harga Tiket Promo AirAsia Rute Internasional Mulai Rp 990 Ribuan

47 hari lalu

Terkini: Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Tembus Rp 11 Triliun, Harga Tiket Promo AirAsia Rute Internasional Mulai Rp 990 Ribuan

LPM FEB UI meneliti dampak ekonomi dari konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura. Perhelatan konser dua bintang dunia tersebut tembus Rp 11 T.

Baca Selengkapnya

Untuk Idul Fitri, Indonesia Impor 22 Ribu Ton Beras dari Kamboja

47 hari lalu

Untuk Idul Fitri, Indonesia Impor 22 Ribu Ton Beras dari Kamboja

Pemerintah mengimpor 22.500 ton beras dari Kamboja untuk memenuhi kebutuhan stok beras menjelang Idul Fitri 1445H, selain mengandalkan produk nasional

Baca Selengkapnya