Lambang Central Intelligence Agency (CIA), badan intelijen Amerika, yang terdapat di Lobi Markas Besar CIA di Langley. cia.gov
TEMPO.CO, Washington - Direktur Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat atau CIA, John Brennn, menolak menggunakan metode waterboarding saat menginterogasi para tersangka kejahatan. Ia mengatakan akan mengundurkan diri jika Presiden Amerika Serikat (AS) meminta pihaknya melakukan praktek tersebut.
“Saya dapat mengatakan hal itu selama saya masih menjabat sebagai Direktur CIA. Terlepas dari apa yang presiden katakan, saya tidak akan menjadi Direktur CIA lagi jika menerima perintah tersebut. Mereka harus mencari direktur yang lain,” kata Brennan seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis, 14 Juli 2016.
Sebelumnya, bakal calon Presiden Amerika dari Partai Republik, Donald Trump, mengatakan dia akan mengesahkan kembali metode waterboarding jika terpilih pada pemilu November 2016.
Setelah berbicara di salah satu institusi Washington, Brookings Institution, Brennan menjelaskan CIA pernah menerapkan metode itu kepada tiga tersangka yang ditahan di penjara asing selama pemerintah Presiden George W. Bush.
Namun sejak menjabat 2009, Presiden Barack Obama telah meneken perintah eksekutif yang melarang waterboarding ataupun Enhanced Interrogation Techniques (EITs). Obama, menyatakan teknik interogasi menggunakan air, waterboarding, oleh agen Dinas Intelijen CIA yang disahkan mantan presiden George Walker Bush merupakan penyiksaan.
Teknik interogasi waterboarding adalah simulasi penenggelaman. Teknik waterboarding digunakan 183 kali kepada tersangka tragedi 11 September 2001, Khalid Sheikh Muhammad, pada Maret 2003. Metode serupa dijalankan 83 kali kepada tersangka kepala logistik Al-Qaeda, Abu Zubaydah, pada Agustus 2002.
Teknik kontroversial ini telah memicu kecaman dari para aktivis hak asasi manusia internasional terhadap Amerika Serikat dalam kebijakan perang melawan teror yang dilancarkan negara itu.