Polisi Dallas merespon tembakan yang dilepaskan oleh pengunjuk rasa di pusat kota Dallas, 7 Juli 2016. Penembak jitu menembak polisi selama protes dan menewaskan beberapa polisi. AP/Maria R. Olivas
TEMPO.CO, Dallas - Salah satu pelaku penembakan 14 anggota kepolisian Dallas, Micah Xavier Johnson, 25 tahun, ternyata lulusan pelatihan militer Amerika Serikat. Bahkan Johnson sempat ditugasi ke Afganistan.
Berikut ini profil Johnson yang akhirnya tewas beberapa saat setelah penyerangan.
Johnson tinggal bersama ibunya di Mesquite, pinggiran Dallas, dan bekerja di sebuah gereja di DeSoto. Kedua orang tuanya bercerai pada 1996, ketika Johnson baru berumur 6 tahun.
Lulus dari SMA John Horn di Mesquite, Johnson bergabung bersama Junior Reserve Officers Training Corps (JROTC), sebuah unit pelatihan militer bagi pelajar di bawah angkatan militer Amerika Serikat.
November 2013, pada umur 23 tahun, Johnson ikut bergabung dalam pasukan 420th Engineer Brigade yang diutus ke Afganistan, demikian konfirmasi dari pihak militer.
Johnson berhasil menyelesaikan masa tugasnya pada April 2015 dan memperoleh beberapa penghargaan atas pengabdiannya tersebut.
Selain tergabung dalam sebuah klub menembak, Johnson pun disebut memiliki afiliasi dengan gerakan Black Panther Party, menurut laporan Los Angeles Times. Gerakan ini mulai muncul pada 1960 dan baru didirikan di Dallas pada tahun lalu untuk melawan kebrutalan polisi, mengajarkan pertahanan diri, bahkan mengadakan patroli di area-area di mana orang-orang kulit hitam pernah dibunuh oleh polisi.
Selama penyelidikan yang dilakukan kepolisian, Johnson menyatakan dia mendukung gerakan Black Lives Matter, tapi tidak memiliki afiliasi dengan gerakan tersebut. “Dia hanya ingin membunuh orang-orang kulit putih, terutama petugas polisi,” kata sumber.
Dan berdasarkan catatan penegak hukum, Johnson pun tidak memiliki catatan kriminal selama ini.