Israel Umumkan Rencana Pembangunan 560 Rumah di Tepi Barat
Editor
Natalia Santi
Kamis, 7 Juli 2016 08:56 WIB
TEMPO.CO, Washington DC - Amerika Serikat mengecam keras keputusan Israel membangun 560 rumah baru di Tepi Barat dan Yerusalem. Washington memperingatkan rencana itu merupakan langkah terakhir merebut tanah secara sistematis dan merusak upaya damai.
"Kami mengecam langkah yang menghambat upaya-upaya perdamaian seperti ini," kata juru bicara Departemen Luar Negeri, John Kirby, Selasa waktu setempat, 5 Juli 2016.
Kirby menegaskan, pemerintah Amerika sangat kecewa dengan langkah Israel yang diumumkan beberapa hari setelah Kelompok Kuartet Timur Tengah mendesak pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghentikan pembangunan pemukiman ilegal, menurut hukum internasional tersebut.
Kelompok Kuartet Timur Tengah, yang terdiri atas Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia, dan Perserikatan Bangsa-bangsa, dibentuk untuk mengupayakan perdamaian Israel-Palestina.
Berdasarkan Konvensi Jenewa yang mengatur perlindungan warga sipil di masa perang, yang dikenal sebagai Konvensi Jenewa Keempat, penjajah seperti Israel dilarang memindahkan warga negaranya ke wilayah pendudukan, dalam hal ini Palestina. Pemukiman Israel juga melanggar Peraturan Den Haag Pasal 55, yakni penjajah wajib menjaga hak milik penduduk jajahan dan mempertahankan status quo.
Kecaman serupa juga disuarakan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon yang mendesak Israel menghentikan pembangunan pemukiman ilegal demi perdamaian.
Menurut pejabat Israel, Netanyahu telah menyetujui rencana pembangunan rumah baru di Maale Adumim, dekat Yerusalem, serta pembangunan di dalam Yerusalem, seperti di Ramot, Gilo, dan Har Homa. Sekitar 600 rumah baru akan dibangun di lingkungan Arab di Yerusalem Timur.
Para pejabat Israel mengatakan pembangunan tersebut merupakan respons terhadap serangkaian serangan fatal dari warga Palestina terhadap para pemukim Yahudi. Dalam serangan terbaru, gadis 13 tahun, yang juga seorang warga negara Amerika, ditikam hingga tewas di kamar tidur rumahnya di Tepi Barat Kiryat Arba oleh pemuda Palestina berusia 19 tahun. Penyerang kemudian dibunuh.
Palestina menuntut negara yang merdeka di Tepi Barat, Gaza, dan Timur Yerusalem, daerah yang dicaplok Israel selama perang 1967. Usaha negosiasi damai kedua pihak pada 2014 mencapai jalan buntu yang mencetuskan kekerasan di wilayah tersebut hingga hari ini.
BBC | TIME | YON DEMA