Letnan Kolonel Cristobal Julian Paolo Perez, saat menemukan fasilitas pembuatan bom teroris. JULIE ALIPALA/Inquirer MINDANAO
TEMPO.CO, Basilan - "Jika saya menyerbu, ikuti saya. Jika saya goyah, paksa saya terus maju. Jika saya mundur, bunuh saya." Ini pernyataan terkenal Letkol Cristobal Julian Paolo "Tiny" Perez saat berada di medan tempur.
Namun sang pemilik kata-kata itu kemarin mengembuskan napas terakhir. Peres, 46 tahun, tewas ditembak pria yang mengendarai sepeda motor di luar rumahnya di Buenbrazo Drive, Barangay Guiwan, pada Senin malam, 20 Juni 2016.
Kematiannya tragis. Perez, yang dijuluki musuh nomor satu kelompok ekstremis Abu Sayyaf, seharusnya saat itu bertugas bersama Divisi Pertama Tabak Infanteri di Pulacan, Zamboanga del Sur. Namun ia memilih kembali ke rumahnya pada Minggu lalu untuk merayakan Hari Ayah bersama istrinya, May.
Polisi masih menyelidiki pelaku dan motif serangan mematikan terhadap perwira menengah itu, seperti dikutip dari Inquirer.net.
Perez, asal Basilan, sebelumnya memimpin operasi militer di wilayah kekuasaan Abu Sayyaf sepanjang 2000-2004. Dalam operasi itu, sejumlah pemimpin dan anggota Abu Sayyaf tewas.
Perez lulus Sekolah Akademi Militer Filipina tahun 1993. Beberapa tahun lalu, Perez menjadi Kepala Batalion Infanteri ke-18 di Basilan. Dan, ketika meninggalkan Basilan untuk bergabung di Divisi Pertama Infanteri di Pulacan, dia meninggalkan beberapa tugas untuk anak buahnya.
Jose Manuel Mamauag, mantan komisioner hak asasi manusia, mengenang tekad Perez untuk mendaftarkan anak-anak buahnya di sekolah HAM di Basilan. "Dia adalah pembela hak asasi manusia dalam seragam militer," katanya.
Jasad Perez saat ini dibaringkan di Pemakaman Parlor St. Peter.