PM Inggris, David Cameron, mengunjungi Masjid Makkah di Leeds, Inggris, 18 Januari 2016. Para migran yang tidak bisa lulus tes bahasa Inggris dalam 2,5 tahun tidak diperbolehkan untuk tinggal. REUTERS/Oli Scarff
TEMPO.CO, London - Perdana Menteri Inggris David Cameron dan Menteri Keuangan Inggris George Osborn memaparkan dampak Britain Exit (Brexit) atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Menurut mereka, jika referendum memutuskan Inggris keluar dari Uni Eropa, Inggris tidak akan bisa mempertahankan pengeluaran tunjangan pensiunan dan The National Health Service (NHS) atau sistem kesehatan yang didanai masyarakat Inggris.
Menurut Cameron, dengan Brexit, Inggris juga akan kesulitan bertahan dalam jangka panjang. Tekanan terhadap keuangan publik juga akan mengancam kebijakan triple lock, yang menggaransi pensiunan Inggris. "Ini semua akan berada di luar jangkauan," ujar Cameron, seperti dikutip dari kantor berita BBC, Ahad, 12 Juni 2016.
Sebelumnya, Cameron juga berujar Brexit akan berisiko bagi pembiayaan ring-fencing untuk NHS di masa depan. Osborn pun menambahkan, anggaran angkatan bersenjata terpaksa dipotong 1-1,5 miliar pound sterling per tahun menyusul semakin lemahnya perekonomian Inggris.
Keduanya menegaskan akan tetap berkomitmen melindungi anggaran dalam tiga area. Tapi Cameron mengatakan keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan menciptakan “lubang hitam” dalam keuangan publik Inggris sebesar 20-20 miliar pound. Osborn pun berencana meninjau kembali fasilitas-fasilitas bagi pensiunan yang selama ini diterapkan pemerintah Inggris.
"Kami menerapkan kebijakan-kebijakan istimewa untuk melindungi pensiunan," kata Osborn. Kebijakan triple lock sendiri menyatakan tunjangan bagi pensiunan Inggris akan meningkat sejalan dengan meningkatnya pendapatan, inflasi, dan perlindungan bagi tiket bus.
"Kami melakukan ini semua untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Tapi, jika kami memiliki lubang hitam yang besar, kami akan kesulitan terus menerapkan perlindungan khusus bagi para pensiunan ini. Faktanya, itu tidak akan terjangkau oleh Inggris," ujar Osborn.