PBB Hapus Koalisi Arab Saudi di Yaman dari Daftar Hitam

Reporter

Editor

Suseno TNR

Selasa, 7 Juni 2016 23:57 WIB

Militan Houthi membawa sejumlah dokumen yang berhasil diselamatkan dari bangunan kantor serikat pekerja Menteri Pendidikan yang hancur akibat serangan udara kaolisi Arab di Amran, Yaman, 19 Agustus 2015. Koalisi Arab memborbardir militan Houthi untuk mengembalikan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang mengasingkan diri ke Riyadh. REUTERS/Khaled Abdullah

TEMPO.CO, Sana'a - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) resmi menghapus koalisi Arab Saudi yang memerangi pemberontak Houthi di Yaman dari daftar hitam PBB. Utusan Saudi untuk PBB Abdullah al-Mouallimi menegaskan penghapusan koalisi dari daftar hitam itu sifatnya final.

Dia menggambarkan penghapusan koalisi dari daftar hitam sebagai sesuatu yang tepat, dan mengatakan keputusan itu tidak dapat diubah dan tanpa syarat. "Kami telah salah ditempatkan pada daftar," kata Mouallimi dikutip dri laman BBC. "Kita tahu bahwa penghapusan ini adalah final."

Keputusan dipercaya sebagai buah dari protes Arab Saudi setelah koalisi ditempatkan di daftar dan dianggap melanggar hak-hak anak dalam konflik. PBB saat itu mengeluarkan laporan yang mengatakan koalisi bertanggung jawab untuk 60 persen kasus kematian dan luka-luka pada anak di Yaman tahun lalu.

Diketahui, koalisi Arab Saudi dan sembilan negara Arab dan Muslim, didukung oleh Amerika Serikat dan Inggris. Mereka mulai memerangi Houthi sejak Maret 2015, dua bulan setelah kelompok pemberontak itu melengserkan pemerintah Yaman dari kekuasaan dan mengambil kontrol penuh atas ibukota Sanaa.

Sejak itu, setidaknya 6.200 orang - sekitar setengah dari warga sipil - telah tewas dan 2,8 juta lainnya mengungsi, Lapor BBC mengutip PBB.

Meski telah dikeluarkan dari daftar hitam, PBB mengatakan akan tetap melakukan peninjauan bersama koalisi atas kasus-kasus besar yang tercantum dalam laporan PBB.

Kamis lalu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengeluarkan laporan tahunan tersebut tentang anak-anak dan konflik bersenjata, yang menggambarkan situasi di Yaman sebagai "sangat mengkhawatirkan".

Ban mengatakan ada peningkatan lima kali lipat dari jumlah anak yang direkrut dan dijadikan bagian dari kelompok bersenjata di tahun 2015 dan enam kali lebih banyak anak yang tewas dan cacat dibandingkan dengan 2014.

Laporannya menyebutkan 510 kematian anak dan 667 terluka tahun lalu akibat serangan koalisi yang dipimpin Saudi. 142 kematian dan 247 yang berasal dari pemberontak Houthi. Sebagian besar disebabkan oleh serangan udara, dan dalam 324 insiden, pihak yang bertanggung jawab tidak dapat diidentifikasi.

Adapaun setengah dari 101 serangan pada sekolah dan rumah sakit juga dikaitkan dengan koalisi. Pada Senin, 6 Juni 2016, Abdullah al-Mouallimi, mengeluh kepada Ban tentang laporan itu. "Jika ada korban dari sisi koalisi, mereka akan jauh, jauh lebih rendah," katanya.

BBC | MECHOS DE LAROCHA

Berita terkait

Arab Saudi Masuk Daftar Hitam Pembunuh Anak Yaman

13 November 2017

Arab Saudi Masuk Daftar Hitam Pembunuh Anak Yaman

Arab Saudi masuk daftar hitam PBB untuk kasus pembunuhan anak-anak di Yaman yang jumlahnya mencapai 683 anak.

Baca Selengkapnya

Arab Saudi Tidak Beri Kompensasi untuk Korban Crane Jatuh

25 Oktober 2017

Arab Saudi Tidak Beri Kompensasi untuk Korban Crane Jatuh

Pengadilan Arab Saudi membebaskan Grup Saudi Bin Laden dari kewajiban membayar kompensasi kepada korban crane jatuh di Mekah tahun 2015.

Baca Selengkapnya

Arab Saudi Akan Kembalikan Islam Menjadi Moderat

25 Oktober 2017

Arab Saudi Akan Kembalikan Islam Menjadi Moderat

Putra mahkota mengatakan Arab Saudi akan mengembalikan agama Islam menjadi moderat dan berpandangan terbuka terhadap semua agama.

Baca Selengkapnya

Bertemu Putin, Raja Salman Beli Rudal S-400 Seharga Rp 40 Triliun

6 Oktober 2017

Bertemu Putin, Raja Salman Beli Rudal S-400 Seharga Rp 40 Triliun

Raja Salman dan Putin bersepakat Saudi membeli senjata sistem pertahanan udara S-400 senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 40,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Raja Salman Melawat ke Rusia untuk Pertama Kali, Ini Agendanya

4 Oktober 2017

Raja Salman Melawat ke Rusia untuk Pertama Kali, Ini Agendanya

Raja Salman akan berkunjung ke Rusia untuk pertama kalinya Kamis depan.

Baca Selengkapnya

Goyang Macarena di Jalan, Remaja 14 Tahun Ditangkap Polisi Saudi

23 Agustus 2017

Goyang Macarena di Jalan, Remaja 14 Tahun Ditangkap Polisi Saudi

Remaja berusia 14 tahun ditangkap polisi Arab Saudi akibat goyang Macarena di jalan

Baca Selengkapnya

Terungkap, Putra Mahkota Ingin Saudi Hengkang dari Perang Yaman

15 Agustus 2017

Terungkap, Putra Mahkota Ingin Saudi Hengkang dari Perang Yaman

Sebuah bocoran email mengungkap bahwa Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammad bin Salman menginginkan negaranya keluar dari perang Yaman.

Baca Selengkapnya

Dabbing Ala Rapper, Artis Populer Arab Saudi Ditahan

15 Agustus 2017

Dabbing Ala Rapper, Artis Populer Arab Saudi Ditahan

Abdallah Al Shaharani, penyanyi Arab Saudi ini melakukan gerakan dabbing dalam sebuah festival musik

Baca Selengkapnya

Saudi Minta Irak Bantu Pulihkan Hubungan dengan Iran

14 Agustus 2017

Saudi Minta Irak Bantu Pulihkan Hubungan dengan Iran

Arab Saudi minta bantuan Irak memperbaiki hubunganya dengan Iran.

Baca Selengkapnya

Arab Saudi Bakal Jadikan Laut Merah Sebagai Lokasi Wisata

2 Agustus 2017

Arab Saudi Bakal Jadikan Laut Merah Sebagai Lokasi Wisata

Proyek ini dalam rangka mengurangi ketergantungan Arab Saudi akan pendapatan dari penjualan minyak.

Baca Selengkapnya