170 Negara Teken Paris Agreement, Arab Saudi Masih Nunggu

Reporter

Sabtu, 23 April 2016 04:54 WIB

Ratusan aktivis lingkungan mengatur tubuh mereka untuk membentuk tulisan pesan harapan di depan Menara Eiffel di Paris, Prancis, 6 Desember 2015. Aksi ini bersamaan dengan diselenggarakannya Konferensi Perubahan Iklim Dunia 2015 (COP21) terus di Le Bourget, Prancis. REUTERS/Benoit Tessier

TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 170 negara menandatangani Paris Agreement atau kesepakatan global tentang perubahan iklim di New York pada Jumat, 22 April 2016.

Negara-negara yang tidak ikut menandatangani perjanjian memiliki waktu satu tahun ke depan untuk ikut serta di dalamnya. Negara-negara tersebut antara lain beberapa penghasil minyak terbesar di dunia, seperti Arab Saudi, Irak, Nigeria dan Kazakhstan.

Seperti dikutip Time, setelah penandatanganan, negara-negara yang terlibat harus secara resmi menyetujui perjanjian melalui undang-undang atau aturan hukum nasionalnya.

Paris Agreement akan mulai berlaku setelah ditandatangani 55 negara atau 55 persen negara penyumbang emisi global resmi bergabung.

Amerika Serikat dan Cina, yang bersama-sama menyumbang hampir 40 persen emisi global, telah mengatakan kesiapannya untuk bergabung tahun 2016.

"Kami ingin berada di gelombang pertama negara yang meratifikasi," kata Maros Sefcovic, Kepala Energi 28 Negara Uni Eropa, kepada wartawan, Kamis, 21 April 2016.

Paris Agreement adalah respon terbaru dunia terhadap peningkatan suhu, naiknya permukaan air laut dan dampak lain dari perubahan iklim. Kesepakatan itu diputuskan pada Conference of Parties (COP) di Paris pada Desember 2015.

Berdasarkan perjanjian tersebut, tiap negara menetapkan target sendiri untuk mengurangi emisi gas-gas rumah kaca. Target tidak mengikat secara hukum, namun negara-negara harus memperbaruinya setiap lima tahun.

Analisis ilmiah menunjukkan pemanasan global harus tetap berada di bawah 2 derajat Celsius dibandingkan masa sebelum Revolusi Industri. Suhu rata-rata global telah meningkat hampir 1 derajat C. Tahun lalu adalah rekor suhu bumi terpanas.

Para ilmuwan mengatakan konsekuensi dari pemanasan global bisa mengakibatkan bencana besar di beberapa tempat, memusnahkan tanaman, banjir wilayah pesisir dan mencairnya es di Kutub Utara.

Kabar baik dari laporan Badan Energi Internasional. Lembaga ini menyebut emisi energi global, sumber terbesar gas rumah kaca, tidak mengalami peningkatan sejak tahun lalu, meskipun ekonomi global tumbuh.

Memang, bahan bakar fosil masih lebih banyak digunakan ketimbang sumber-sumber energi terbarukan seperti angin dan tenaga surya.

TIME | MECHOS DE LAROCHA


Berita terkait

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

2 jam lalu

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

Profil kampus UCLA tempat bentrok demo mahasiswa pendukung alias Pro-Palestina dengan pendukung Israel

Baca Selengkapnya

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

7 jam lalu

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

Bendera Korea Selatan memuat arti tanah (latar putih), rakyat (lingkaran merah dan biru), dan pemerintah (empat rangkaian garis atau trigram hitam).

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

8 jam lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

10 jam lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

10 jam lalu

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

Hari ini, 2 Mei 2011, Osama bin Laden ditembak mati oleh pasukan Amerika. Berikut fakta-fakta Osama bin Laden.

Baca Selengkapnya

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

15 jam lalu

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

Seorang pastor di Amerika Serikat menghabiskan dana gereja karena kecanduan game online Candy Crush.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

16 jam lalu

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

Menlu AS Antony Blinken mengunjungi pintu masuk bantuan ke Gaza didampingi para pejabat Israel.

Baca Selengkapnya

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

17 jam lalu

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

Menikmati keindahan alam di Amerika Serikat dengan road trip merupakan pengalaman yang harus dicoba setidaknya sekali seumur hidup

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

19 jam lalu

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

Top 3 dunia, AstraZeneca, untuk pertama kalinya, mengakui dalam dokumen pengadilan bahwa vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya