Hasil Survei, Warga AS Setuju Tersangka Teroris Disiksa

Reporter

Kamis, 31 Maret 2016 10:48 WIB

Seorang tentara bebicara pada sejumlah jurnalis saat akan mengunjungi penjara Joint Task Force Guantanamo Camp VI di Pangkalan Udara Guantanamo Bay, Kuba, 22 Maret 2016. REUTERS/Lucas Jackson

TEMPO.CO, Washington - Sedikitnya dua pertiga penduduk Amerika Serikat sependapat bahwa penyiksaan dapat dibenarkan terhadap orang-orang merencanakan serangan teror. Kesimpulan itu adalah hasil survei yang dirilis pada Rabu, 30 Maret 2016.

Pada 22-28 Maret 2016, kantor berita Reuters/Ipsos mengadakan jajak pendapat dengan bertanya kepada para responden, apakah penyiksaan dapat dibenarkan terhadap tersangka teroris untuk mengorek informasi mengenai terorisme.

Sekitar 25 persen mengatakan, penyiksaan dibenarkan, sementara 38 persen lainnya "kadang-kadang" boleh. Hanya 15 persen menjawab bahwa penyiksaan tidak boleh digunakan untuk mendapatkan informasi dari tersangka.

Jawaban jajak pendapat itu sebagai refleksi warga Amerika setelah terjadi pembunuhan massal terhadap 14 orang di San Bernardino pada Desember 2015 serta serangan mematikan di Prancis, November 2015. Termasuk serangan bom bunuh diri yang diklaim dilakukan ISIS, yang menewaskan sedikitnya 32 orang di Belgia.

Donald Trump, calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, terang-terangan mengatakan saat berkampanye bahwa para tersangka terorisme harus disiksa. Oleh karena itu, Trump bekerja keras mencari dukungan untuk membatalkan kebijakan Presiden Barack Obama mengenai teknik interogasi dengan kekerasan. "Saya bersumpah akan menyeret kaum terorisme ke dalam neraka," kata Trump dalam kampanye.

Pernyataan Trump di depan publik itu mendapatkan reaksi keras dari berbagai lembaga hak asasi manusia di seluruh dunia, badan-badan dunia, dan rival politiknya. Namun demikian, jajak pendapat tersebut telah menemukan fakta bahwa banyak warga Amerika sependapat dengan pernyataan pengusaha kaya tersebut, meskipun mereka tidak menyebutkan secara jelas bentuk siksaan yang ditimpakan kepada tersangka teroris.

"Masyarakat sekarang ini sedang menghadapi emosi negatif," kata Elizabeth Zechmeister, dari Universitas Vanderbilt University yang pernah mempelajari hubungan antara ancaman serangan dan pendapat publik.

Dua pertiga responden juga menyatakan serangan terhadap wilayah Amerika akan berlangsung pada enam bulan mendatang.

AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya