TEMPO.CO, Newser - Seorang nenek berusia 81 tahun yang pernah lolos dari kejaran Nazi di masa mudanya menggugat sebuah maskapai penerbangan Israel setelah dia diminta pindah kursi lantaran masalah gender.
"Saya sudah melakukan perjalanan keliling dunia. Banyak orang dapat memutuskan bahwa saya tidak boleh duduk di sampingnya. Mengapa?" ucap Renee Rabinowits, seorang pensiunan pengacara, seperti dikutip dari New York Times.
Berawal pada Desember 2015, Rabinowits naik pesawal El Al dari New York menuju Yerusalem yang dimiliki oleh seorang Yahudi ultra-Ortodoks yang hanya berpegang teguh pada ajaran Taurat, kita suci umat Yahudi. Menurut ajaran Yahudi, perempuan dan laki-laki dilarang melakukan kontak.
Rabinowitz berpikir bahwa memaksa seseorang mematuhi ajaran tersebut adalah perbuatan konyol. Dia mengatakan kepada Ynet.news bahwa persoalan ini akan disampaikan kepada publik agar bisa dijadikan preseden hukum.
"Kebijakan ini adalah perilaku sistematis untuk merendahkan martabat perempuan dan harus dilawan agar tidak terulang kembali di masa mendatang. Ini prinsip," ujarnya.
Kasus yang menimpa nenek 81 tahun itu mendapatkan perhatian luas. Bahkan ada petisi yang menuntut El Al menghentikan diskriminasi terhadap penumpang perempuan.
USA Today dalam laporannya menyebutkan, seorang pramugari sempat menawarkan tempat kursi baru bagi Rabinowitz sebelum dia berargumen dan menyatakan akan menggugat maskapai El Al.
Mendengar rencana gugatan Rabinowitz, El Al menawarkan diskon tiket sebesar US$ 200 atau sekitar Rp 2,6 juta untuk penerbangan berikutnya. Namun dia tetap mengotot membawa masalah ini ke pengadilan, "Ide kaum ultra-Ortodoks memang indah, sepanjang hal tersebut bukan disampaikan kepada saya," ujar Rabinowitz.
Blinken Sebut AS Tak Dukung Serangan Israel ke Rafah
2 jam lalu
Blinken Sebut AS Tak Dukung Serangan Israel ke Rafah
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia belum melihat rencana efektif dari pihak Israel untuk melindungi warga sipil sebelum operasi militer di Rafah.