AS, Rusia, Iran, Saudi Sepakat Gencatan Senjata di Rusia

Reporter

Editor

Bobby Chandra

Jumat, 12 Februari 2016 08:58 WIB

Sejumlah ppengungsi memasak di dalam mobil yang juga dijadikan tempat tinggalnya di perbatasan Bab al-Salameh. Puluhan ribu orang melarikan diri dari Aleppo setelah pertempuran berkecamuk di wilayah itu. dailymail.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, mengatakan kekuatan besar dunia sepakat dan menyetujui gencatan senjata di Suriah. Keputusan itu adalah hasil pertemuan di Munich, Jerman, Kamis, 11 Februari 2016. Negara yang hadir di antaranya Rusia, Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Iran.

"Kami percaya bahwa kami telah membuat perkembangan yang baik untuk kemanusiaan, karena telah menghentikan pertempuran untuk mengubah hidup warga Suriah,” kata John Kerry, Jumat dini hari waktu setempat, 12 Februari 2016, seperti yang dilansir oleh laman CNN.

Kerry berharap seluruh pihak terkait dapat berkomitmen dan mematuhi perjanjian untuk mengakhiri perang sipil yang meminta transisi politik di Suriah. “Apa yang kami punya saat ini baru sebatas kalimat di atas kertas. Yang kita butuhkan adalah yang akan terjadi beberapa hari ke depan," katanya.

Namun, menurut Kerry, kesepakatan gencatan senjata tersebut tidak untuk setiap organisasi teroris yang beroperasi di Suriah, seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). "Semakin lama konflik bertahan di sana, semakin banyak kelompok ekstremis yang berkembang," ucap Kerry.

Pasukan pemerintah Suriah dan milisi oposisi sebelumnya dikatakan kemungkinan akan menyepakati gencatan senjata demi menyelamatkan warga di Aleppo, Suriah. Materi gencatan senjata dan mengakhiri perang saudara di Suriah dibicarakan oleh negara-negara kuat di Jerman, Kamis, 11 Februari 2016.

Rabu dinihari waktu setempat, 10 Februari 2016, kantor berita Reuters mengutip keterangan pejabat Barat yang tak bersedia disebutkan namanya. Dia mengatakan Rusia mengusulkan sebuah gencatan senjata di Suriah dimulai pada 1 Maret 2016.

Sedikitnya 50 ribu warga Suriah telah mengungsi untuk menghindari pertempuran sengit di Aleppo. "Beberapa kawasan di provinsi tersebut membutuhkan suplai air bersih," demikian pernyataan Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Rabu, 10 Februari 2016.

Organisasi pemerhati hak asasi manusia berbasis di London, Syrian Observatory for Human Rights, Rabu, melaporkan setidaknya 500 warga tewas sejak pemerintahan Suriah didukung serangan udara Rusia melancarkan serangan besar-besraan dari utara Aleppo, 1 Februari 2016.

"Di antara yang tewas itu, terdapat 89 warga sipil, termasuk 23 anak-anak, 143 pejuang pro-pemerintah, 274 pemberontak, dan milisi asing," demikian pernyataan Observatory.

Saat ini, pasukan pemerintah Suriah menguasai bagian barat Kota Aleppo, sementara pemberontak menduduki wilayah di bagian timur. Namun, Observatory menyatakan, hampir semua wilayah tersebut berada di balik desa-desa yang ada.

AL JAZEERA | BBC | GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

21 menit lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

8 jam lalu

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

8 jam lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

1 hari lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

1 hari lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Hadapi Boikot karena Gaza, McDonald's Gagal Capai Target Laba Kuartal

2 hari lalu

Hadapi Boikot karena Gaza, McDonald's Gagal Capai Target Laba Kuartal

McDonald's Corporation gagal mencapai perkiraan laba kuartalannya untuk pertama kalinya dalam dua tahun karena boikot Gaza

Baca Selengkapnya

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

2 hari lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

3 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

3 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

4 hari lalu

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS merupakan pesawat luar angkasa raksasa yang mengorbit mengelilingi bumi demi tujuan-tujuan ilmiah.

Baca Selengkapnya