Televisi Nasional Kabarkan Suu Kyi Bisa Jadi Presiden  

Reporter

Senin, 8 Februari 2016 13:25 WIB

Pimpinan partai Liga Nasional Demokrasi (NLD), Aung San Suu Kyi mengumpulkan sampah dalam acara bersih-bersih yang langsung dipimpinnya di Kawhmu, Myanmar, 13 Desember 2015. AP/Gemunu Amarasinghe

TEMPO.CO, Naypwidaw - Dua saluran televisi pro-pemerintah, Sky Net dan Myanmar National Television, dalam siarannya Minggu malam menyatakan bahwa hasil positif bisa keluar dari negosiasi antara kepala militer Myanmar dan Aung San Suu Kyi dalam upaya menangguhkan klausul konstitusi yang mencegah Suu Kyi menjadi presiden.

Partai Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), diketahui menang telak dalam pemilihan umum 8 November lalu. Namun dia dilarang menjadi presiden karena Konstitusi Pasal 59 (f), yang menyatakan siapa pun yang menikah dengan pasangan asing atau memiliki anak-anak asing tidak bisa menjabat di eksekutif. Suami Suu Kyi adalah warga negara Inggris, begitu pun kedua putranya.

Suu Kyi telah melakukan negosiasi dengan Komandan Jenderal Min Aung Hlaing untuk mengupayakan penghapusan pasal melalui dua pertiga suara di parlemen. Militer memegang 25 persen kursi di parlemen, yang berarti NLD tidak dapat mengubah klausul sendiri.

"Saya pikir semuanya akan baik-baik saja," kata Kyaw Htwe, anggota Komite Sentral NLD, kepada The Associated Press, dikutip dari laman ABC News. "Negosiasi akan berakhir positif bagi pemimpin kita, Aung San Suu Kyi, untuk menjadi presiden."

Namun Yan Myo Thein, seorang analis politik, mengungkapkan sebaliknya. "Hal ini masih terlalu dini untuk mengkonfirmasi bahwa Suu Kyi akan menjadi salah seorang calon presiden," ujarnya. "Bahkan suspensi dan amendemen konstitusi akan memakan waktu, dan kita tidak bisa mengandalkan hanya pada pengumuman singkat di TV."

Suu Kyi sendiri telah mengatakan sebelumnya bahwa seandainya tidak menjadi presiden, ia akan mengendalikan negara dari balik layar. Namun, yang jelas, NLD akan lebih memilih ikon demokrasi berusia 70 tahun itu untuk memimpin negara, setelah berjuang hampir sepanjang hidupnya untuk itu.

Meskipun pemilihan umum nasional telah berlangsung, presiden baru akan dipilih sekitar 31 Maret atau 1 April 2016 karena proses seleksi yang bertele-tele.

Para anggota baru parlemen mengambil sumpah jabatannya bulan ini. Selanjutnya, mereka akan mengumumkan tanggal pertemuan untuk memilih tiga calon untuk jabatan presiden melalui pemungutan suara oleh semua anggota parlemen. Hingga kini belum diketahui kapan pemungutan suara akan berlangsung.

ABC NEWS | MECHOS DE LAROCHA

Berita terkait

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

1 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

3 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

3 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

6 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

6 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

7 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

9 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

10 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

15 hari lalu

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

15 hari lalu

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.

Baca Selengkapnya