TEMPO.CO, Beijing - Pemerintah provinsi Henan meruntuhkan sebuah bangunan rumah sakit di kota itu. Ironisnya, pembongkaran dilakukan ketika rumah sakit itu masih berisi dokter, perawat dan pasien. Beruntung semuanya selamat karena bisa segera dikeluarkan. Namun sebanyak enam jenazah di kamar mayat tak bisa dievakuasi dan terlanjur tertimbun puing bangunan.
Seperti yang dilansir kantor berita Xinhua pada 8 Januari 2016, manajemen rumah sakit menuduh pemerintah lokal melakukan penggusuran paksa setelah gagal mendapat persetujuan dari pihak manajemen terkait proyek pelebaran jalan.
Rumah Sakit Universitas Zhengzhou di Henan mengatakan, penggusuran yang dilangsungkan pada Kamis pagi itu mengubur enam mayat, menyebabkan kerusakan peralatan medis senilai hampir 20 juta yuan (Rp 42,1 miliar) dan melukai staf rumah sakit. "Mengubur mayat pasien dengan tidak hormat adalah tindakan tidak terpuji. Saya tidak pernah membayangkan hal seperti ini akan terjadi," kata wakil kepala propaganda rumah sakit itu, Zhang Yuan.
Kantor penerangan pemerintah daerah Huiji mengeluarkan pernyataan secara online bahwa pemerintah sudah jauh-jauh hari memberitahukan tentang rencana pembongkaran itu. Bahkan pemerintah meminta pengelola rumah sakit untuk membongkar sendiri bangunan tersebut. Semua ini demi kepentingan umum yaitu menyelesaikan proyek pelebaran jalan raya.
Dalam pernyataan yang sama juga dikatakan, sebelum membongkar bangunan para pekerja sudah memastikan kalau rumah sakit telah kosong. Penghancuran paksa adalah masalah umum di Cina setelah pemerintah daerah lebih tertarik pada proyek pengembangan dan pembangunan real estate.