Larang Muslim Masuk AS, Malala Kutuk Donald Trump

Reporter

Rabu, 16 Desember 2015 22:01 WIB

Malala Yousafzai melambaikan tangan usai berpidato di rapat pleno PBB Sustainable Development Summit 2015 di Markas PBB, New York, 25 September 2015. Malala merupakan tokoh pendidikan Pakistan yang ditembak Taliban pada 2012 karena melakukan usaha advokasi hak perempuan. REUTERS/Mike Segar

TEMPO.CO, Islamabad - Peraih Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai, mengutuk pernyataan calon presiden Amerika Serikat dari Republik, Donal Trump, yang melarang umat Islam masuk ke wilayah AS karena terkait dengan terorisme.

"Pernyataan Trump penuh kebencian dan menuding umat muslim bagian dari terorime hanya akan menimbulkan radikalisme dan teroris," ucap Malala.

Komentar pedas Malala itu disampaikan dalam kegiatan memperingati satu tahun serangan Taliban terhadap sebuah sekolah di Peshawar, Pakistan, yang mengakibatkan lebih dari 150 orang meninggal, hampir sebagian besar korbannya anak-anak sekolah.

Pada 2012, Malala ditembak di bagian kepalanya oleh Taliban karena mengkampanyekan sekolah bagi anak-anak gadis seusianya.

Seluruh sekolah dan perguruan tinggi di Pakistan diliburkan pada Rabu, 16 Desember 2015, untuk memperingati satu tahun serangan mematikan Taliban. Presiden Pakistan, Perdana Menteri, dan Panglima Angkatan Bersenjata bergabung bersama dengan para korban selamat dan keluarga korban selama upacara peringatan di Sekolah Publik Militer, tempat berlangsungnya pembunuhan massal.

Trump meminta agar umat muslim dilarang masuk ke AS hingga pihak berwajib mengetahui sikap umat muslim di negaranya menyusul serangan di San Bernardino. Ucapan Trump mendpatkan kritik dari berbagai penjuru AS termasuk dari rekannya di Republik.

Berbicara di Birmingham pada Selasa, 15 Desember 2015, Malala mengatakan kepada kantor berita AFP, "Pernyataannya penuh kebencian dan sangat diskriminatif."

BBC | CHOIRUL AMINUDDIN

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya