TEMPO.CO, Kairo - Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi melantik pemerintahan baru, terdiri atas 16 menteri baru, pada Sabtu 19 September 2015. Pelantikan tersebut dilangsungkan seminggu setelah pemerintahan sebelumnya mengundurkan diri karena dirundung skandal korupsi.
Seperti yang dilansir Reuters pada 19 September 2015, Sharif Ismail, yang menjabat sebagai menteri perminyakan dalam kabinet lalu, dilantik sebagai perdana menteri dalam sebuah upacara yang disiarkan langsung di televisi pemerintah.
Ismail dipandang sebagai teknokrat veteran dengan pengalaman di perusahaan minyak milik negara sebelum ia bergabung di kabinet pada 2013.
Sementara itu beberapa menteri seperti, Menteri Luar Negeri, Menteri Pertahanan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehakiman dan Menteri Keuangan tetap dipertahankan dalam kabinet baru.
Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan bahwa perombakan kabinet tersebut dimaksudkan untuk "memompa darah baru" ke dalam pemerintahan kali ini adalah yang terbesar sejak el-Sisi memenangkan pemilu tahun lalu.
Pemerintahan mantan Perdana Menteri Ibrahim Mahlab mengundurkan diri pada tanggal 12 September, sehari setelah penangkapan Menteri Pertanian Salah Helal sebagai bagian dari penyelidikan kasus korupsi.
Pengunduran diri itu juga dipengaruhi kritik yang mengecam lambatnya pertumbuhan ekonomi di bawah pemerintahan Mahlab.
Mahlab, yang sebelumnya memimpin perusahaan kontraktor konstruksi Arab, telah ditunjuk oleh presiden sementara Adly Mansour pada Maret 2014, kurang dari setahun setelah pasukan yang dipimpin El-Sisi menggulingkan Presiden Mohamed Morsi.
Pengunduran diri Mahlab diumumkan saat Mesir bersiap mengadakan pemilihan legislatif yang telah lama tertunda dalam dua tahap antara 17 Oktober dan 2 Desember.
Pemilihan awalnya telah dijadwalkan awal 2015 lalu namun dibatalkan oleh pengadilan dengan alasan teknis.
Presiden El-Sisi selama ini telah mengambil keputusan-keputusan penting tanpa adanya parlemen, termasuk pemotongan subsidi pemerintah untuk menghindari kerusuhan.
Parlemen baru diharapkan akan mulai bekerja pada akhir tahun ini. Salah satu tugas utamanya adalah meninjau kembali undang-undang.
REUTERS | YON DEMA
Berita terkait
Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui
8 September 2017
Mesir memblokir situs Human Rights Watch sehari setelah organisasi tersebut merilis laporan tentang penyiksaan sistematis di penjara negara itu
Baca SelengkapnyaMesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan
31 Agustus 2017
Pada 30 Agustus 2017, Kedutaan Besar RI di Kairo menerima informasi dari kantor pusat Imigrasi Mesir bahwa pemerintah Mesir menyetujui pemulangan.
Baca SelengkapnyaPPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat
10 Agustus 2017
Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir Pangeran Arsyad Ihsanul Haq mengatakan 2 mahasiswa Sumatera Barat ditahan polisi Mesir
Baca SelengkapnyaMesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika
24 Juli 2017
Pangkalan militer Mesir terbesar di Timur Tengah dan Afrika berlokasi di kota El Hammam, di sebelah barat Alexandria.
Baca SelengkapnyaBeri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui
15 Juni 2017
Para orang tua di Mesir terancam dipenjara hingga enam bulan lamanya jika memberi nama asing atau Barat kepada bayi mereka.
Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas
27 Mei 2017
Gerombolan pria bersenjata, bertopeng, dan berseragam militer menyerang bus yang mengangkut umat Kristen Koptik Mesir, 23 orang tewas.
Baca SelengkapnyaTuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat
8 Mei 2017
Rektor Universitas Al-Azhar Ahmed Hosni Taha dipecat karena melabeli seorang pendakwah dengan istilah murtad
Baca SelengkapnyaMesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek
6 Mei 2017
Malek yang menjalani tahanan rumah sekjak Oktober 2015.
Baca SelengkapnyaMesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia
5 Mei 2017
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung zona damai sebagaimana disampaikan Putin kepada Trump.
Baca SelengkapnyaSeniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia
4 Mei 2017
Saad Mohammed asal Mesir membutuhkan waktu tiga tahun untuk menulis Al Quran terbesar di dunia.
Baca Selengkapnya