TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Thailand menahan Pravit Rojanaphruk, wartawan senior dan kolumnis The Nation. Thepchai Yong, Pemimpin Redaksi surat kabar berbahasa Inggris The Nation, mengatakan pemerintahnya tak punya alasan untuk menahan Pravit Rojanaphruk.
"Kalau militer yakin dia berbuat sesuatu yang salah, ada mekanisme yang normal dan resmi untuk melakukannya," kata Thepchai, seperti dilansir The Guardian, Senin, 14 September 2015.
Ia menambahkan, perusahaannya tak menerima surat apa pun secara resmi mengenai penangkapan Pravit, juga detail penjelasan dari pemerintah ihwal tempat kolumnis itu ditahan. "Kami melihat hal ini sebagai ancaman bagi kebebasan pers," ucapnya.
Kolonel Winthai Suvaree, juru bicara junta militer, mengatakan bahwa Pravit berada di tahanan militer. Menurut dia, berapa lama penahanan Pravit bergantung pada bagaimana dia bekerja sama dengan otoritas.
Pravit, yang pernah menerima beasiswa Chevening untuk belajar di Universitas Oxford, adalah figur yang dikenal sebagai pejuang kebebasan berpendapat di negaranya. Pravit tak hanya mengkritik junta militer yang mengambil alih melalui kudeta pada tahun lalu. Ia juga mengkritik pemerintah sebelumnya yang terpilih melalui pemilu.
Pravit pernah ditahan sebelumnya oleh junta militer pada 2014. Para pengacara yang bergabung dalam kelompok hak asasi manusia Thailand yang menemani Pravit kala “dipanggil” menjelaskan pria itu dipanggil dengan attitude adjustment. Menurut mereka, ini semacam program yang digunakan pemerintah untuk menangkapi para pembangkang.
Saat dipanggil junta militer pada Minggu, 13 September 2015, Pravit juga sempat mengunggah status pada akun Twitter-nya sekitar pukul 14.00 waktu setempat. "Freedom can't be maintained if we're not willing to defend it. #Thailand #," cuit Pravit.
Dua hari sebelumnya, pada Jumat, 11 September, Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha juga menahan dua politikus dengan alasan yang sama, yakni attitude adjustment. Dua politikus ini ditahan setelah mengkritik junta dalam mengatasi masalah ekonomi.
Namun Prayuth berkilah menahan orang-orang yang menentang pemerintahannya. “Saya tidak menggunakan hukum itu untuk orang-orang yang melawan saya. Saya hanya menggunakannya kepada orang-orang yang berbuat salah. Anda mengerti?" tuturnya, menjelaskan soal politikus-politikus yang ia “undang”. "Kalau mereka dibiarkan, orang-orang akan mempercayai perkataan mereka."