TEMPO.CO, Washington - Amerika Serikat (AS) kini dikabarkan sedang merumuskan rencana untuk menutup penjara di Teluk Guantanamo, Kuba. Untuk direalisasikan, rencana Gedung Putih ini tentunya perlu mendapat persetujuan Kongres.
Penutupan penjara kontroversial ini memang semula merupakan agenda utama Presiden Barack Obama setelah terpilih pada 2009. Tapi rencana itu menghadapi berbagai hambatan. Kongres AS sendiri menolak rencana ini karena tidak mau tahanan Guantanamo dipindahkan ke penjara-penjara di AS.
"Pemerintah sedang dalam tahap akhir merumuskan rencana untuk mengambilalih tanggung jawab dan menutup penjara di Teluk Guantanamo," kata juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, Kamis 23 Juli 2015.
Seperti yang dilansir Politico.com pada 23 Juli 2015, Earnest menambahkan bahwa rencana ini sebenarnya sudah lama digodok otoritas keamanan AS, terutama karena agenda ini adalah prioritas Presiden Obama.
"Ini kerja rumit, tapi sudah banyak kemajuan yang kita capai," kata Earnest.
Sejak awal, keberadaan penjara dan fasilitas militer AS di Teluk Guantanamo juga ditolak pemerintah Kuba, yang baru saja memulihkan hubungan diplomatik dengan AS.
Hingga kini Kuba mengklaim AS menginvasi tanahnya. Pada peresmian pembukaan kantor kedutaan Kuba di Washington, Menteri Luar Kuba, Bruno Rodriguez juga menyuarakan permintaan agar AS mengembalikan lahan di Teluk Guantanamo kepada mereka.
Sampai saat ini, Washington secara bertahap sudah memindahkan tahanan dari Teluk Guantanamo ke negara asal mereka atau ke negara ketiga. "Proses ini akan disegerakan jika penjara itu akan ditutup sepenuhnya, kata Earnest.
Penjara militer di Teluk Guantanamo dibuka pada Januari 2002, menyusul serangan teroris pada 11 September 2001 di New York. Penjara itu pernah menahan 680 narapidana pada 2003. Kini masih ada 116 tahanan di Guantanamo.