TEMPO.CO, Washington - Amerika Serikat melancarkan serangan udara ke Libya pada Ahad pagi. Sasarannya, otak serangan teroris terhadap plantasi gas di Aljazair pada 2013 yang menewaskan 38 sandera warga negara asing.
Ahad malam, pemerintah Libya menyatakan serangan itu menewaskan pemimpin teroris, Mokhtar Belmokhtar, dan sejumlah teroris lain. "Pemerintah Libya mengumumkan bahwa pesawat Amerika melancarkan aksi yang berujung tewasnya buronan teroris Mokhtar Belmokhtar," demikian pernyataan pemerintah Libya seperti dilaporkan New York Times, Ahad, 14 Juni 2015.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Amerika, Steven H. Warren, memang membenarkan bahwa Belmokhtar adalah target serangan dengan jet tempur F-15E. Namun dia mengaku waspada soal nasib Belmokhtar karena perlu bukti forensik untuk mengklaimnya tewas. "Pengukuran berlanjut tentang hasil operasi akan memberikan gambaran detail yang benar," katanya seperti dilansir New York Times.
Menurut New York Times, melihat kerusakan akibat serangan sejumlah bom terhadap target, perlu waktu lama untuk memastikannya, kecuali kelompok teroris menyatakan itu sendiri.
Jika pernyataan pemerintah Libya benar, ini adalah kemenangan aksi kontra-terorisme besar bagi Amerika. Belmokhtar adalah milisi Aljazair dengan sejarah panjang di wilayah Sahel, yaitu selatan Sahara yang membentang dari Senegal hingga Chad. Meski ikatan operasional langsungnya dengan Al-Qaeda sudah berkurang, kepemimpinannya dalam jaringan teroris telah berkembang.
Pria yang disebut pangeran oleh kelompoknya itu diyakini sebagai figur dominan terakhir yang bertahan di antara milisi di Afrika utara. Pemimpin lain sudah terbunuh dalam penyergapan di Paris, Prancis. Belmokhtar paling ditakuti di antara mereka karena keterampilan operasi dan perencanaannya.