TEMPO Interaktif, Bangkok: Aparat keamanan Thailand menangkap tiga tersangka pembunuh dua anggota marinir di Desa Tanyong Limo, Distrik Rangae, Provinsi Narathiwat, wilayah selatan negara itu.Menteri Pertahanan Thammarak Issarangura Na Ayutthaya membenarkan soal penangkapan itu. "Kami mempunyai bukti kemeja berlumuran darah dan petunjuk dari warga desa lainnya," katanya, Minggu (25/9). Dia menambahkan, tim gabungan polisi dan tentara masih terus memburu para tersangka lainnya.Kematian dua marinir, yakni Subletnan Vinai Nakhabut dan prajurit bawahan Khamthon Thongeiat, membuat Perdana Menteri Thaksin Shinawatra berang. Dia memerintahkan perburuan besar-besaran terhadap berbagai pihak yang terlibat. Thaksin menegaskan kembali bahwa pemerintah akan mengambil tindakan tegas terhadap para pelaku tapi bukan tindakan brutal. "Kami akan menggunakan semua kekuatan yang diperlukan," katanya. Kedua marinir dibunuh warga desa, Rabu pekan lalu. Mereka ditusuk di bagian perut, kepala mereka dipukul benda tumpul. Mereka dituduh terlibat dalam pengeboman sebuah kedai kopi yang menewaskan seorang warga desa dan melukai empat orang lainnya. Pasukan keamanan Thailand juga terus memperluas operas pencariannya. Hingga kemarin, daftar tersangka sudah mencapai 18 orang, termasuk beberapa wanita. Sekarang kami sedang mempersiapkan surat perintah penangkapan terhadap lima tersangka lagi," ujar Letnan Jenderal Kwanchart Klaharn. Kwanchart berusaha menghapus ketakutan penduduk bahwa tentara akan melakukan serangan sebagai balasan atas kematian anggotanya. "Saya tegaskan, itu tidak benar. Saya akan meminta semua orang yang tidak bersalah kembali ke desa dan tidak panik," katanya. Kematian dua marinir itu semakin memperkeruh konflik di Thailand selatan yang sudah berlangsung sejak Januari tahun lalu. Hingga saat ini, korban tewas dari berbagai pihak telah lebih dari 940 orang. Konflik yang sempat terhenti pada era 1990-an berlangsung sejak 30 tahun silam. Mayoritas Muslim di wilayah selatan tidak puas atas diskriminasi yang dilakukan pemerintah. Mereka pun membentuk sejumlah gerakan separatis, seperti Organisasi Pembebasan Pattani Bersatu (PULO). AFP/BBC/Faisal