Seorang wanita berfoto selfie saat ritual 4.20 di Festival Colorado Marijuana Holiday, di Denver, 20 April 2015. Ritual menghisap ganja massal di jam 4.20 dan di tanggal 20 April menjadi simbol perjuangan melegalkan ganja di seluruh dunia. AP/David Zalubowski
TEMPO.CO, Kota Meksiko – Terlalu banyak berpose selfie demi sebuah eksistensi di media sosial bisa berujung kematian. Setidaknya itulah yang dialami Oscar Otero Aguilar, pemuda asal Kota Meksiko yang mengembuskan napas terakhirnya pada usia 21 tahun lantaran berpose dengan sepucuk pistol yang penuh berisi peluru.
Situs berita Meksiko, Proceso, memberitakan bahwa Aguilar dalam keadaan mabuk setelah berpesta minuman keras bersama kawan-kawannya sebelum insiden tersebut terjadi. "Saya mendengar suara tembakan, lalu seseorang berteriak. Saya langsung menyadari bahwa ada yang terluka," kata tetangga Aguilar, Manfredo Paez, 57 tahun, seperti diberitakan Proceso, 29 April 2015. Ia kemudian menelepon polisi untuk melaporkan insiden itu.
Saat polisi tiba, Aguilar masih hidup. Menurut polisi yang menyelidiki kasus ini, korban tidak tahu pistol yang ia bawa berisi peluru. Ia memain-mainkan pistol itu, memutar-mutarnya sambil melakukan selfie, sampai akhirnya benda itu meletus. Satu peluru menembus dahi Aguilar. Nyawa pemuda tersebut melayang dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Berita tentang fenomena foto mandiri atau selfie untuk diunggah ke media sosial dengan risiko nyawa melayang mulai banyak terdengar. Seorang pria dilaporkan terinjak-injak banteng saat ber-selfie ria di hadapan banteng yang berlari dalam festival Fetes de Bayonne di Prancis selatan.
Sekitar 20 ribu demonstran menuntut Trump menghormati negara mereka, membatalkan rencana pembangunan tembok di perbatasan kedua negara, serta meminta maaf.
