Surat dari Kathmandu kepada Tempo (1): Ibu, Saya Sekarat

Reporter

Rabu, 29 April 2015 14:01 WIB

Megharaj Adhikari, pengajar di Universitas Thribuvan, Kathmandu, Nepal. Istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Bencana gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter yang menerjang Nepal pada Sabtu, 25 April 2015 pukul 11.56 seperti mimpi buruk. Semua orang kaget, panik, dan ketakutan menyaksikan guncangan gempa di siang bolong. Megharaj Adhikari meneteskan air mata menyaksikan negerinya luluh lantak hanya dalam rentang waktu beberapa jam saja.

Tempo yang menghubungi Megharaj via Facebook menerima penjelasan tentang apa yang terjadi di negaranya pada Sabtu malam itu. Megharaj mengirimkan surat berjudul “Gempa Mematikan di Kathmandu dan Konfigurasinya” ke Tempo. Dalam surat itu dipaparkan pengalaman dia menghadapi bencana dahsyat yang merenggut ribuan orang itu. Berikut ini bagian pertama surat Megharaj, pengajar di Universitas Thribhuvan, Kathmandu, Nepal, itu.

Kongres Cerita Rakyat Internasional Kelima untuk hari kedua sedang berlangsung. Sesi pertama berakhir dan saat sesi kedua menghadirkan Er. Sunil Babu yang mempresentasikan makalahnya bertajuk “Cultural Impact Assessment of Urbanization in Nepal”. Kala itu mendadak kami merasa getaran di lantai dua ruang pertemuan Nepal Academy, Kamalady, Kathamandu. Semua orang panik dan melompat. Kami berusaha lari ke luar dari gedung. Akhirnya goncangan berhenti dan kami semua duduk di tanah.

Seketika saya merasa aman, saya langsung menelepon ibu saya, yang tinggal jauh dari Kathmandu. Bersamaan itu getaran kembali terasa. Saya mengatakan kepada ibu saya,“Aama aba sabai sakinacha jasto chha. Ma khusi chhu aama sanga kura garda gardai marna paune bhaye" (Ibu, segalanya akan berakhir. Saat berbicara denganmu, saya sedang sekarat.) Ibu saya menangis dan begitu juga saya. Setelah itu gempa berhenti, kami semua hening. Namun getaran-getaran itu masih kami rasakan sekitar 5-10 menit.

Telepon tidak bekerja, kecuali beberapa telepon seluler berbayar. Saat itu saya bersama guru saya, Prof Abhi Subedi dan Dr Shiva Rijal. Kami bertiga ketakutan, sama halnya dengan orang-orang lain di tempat terbuka.

Kami mulai mendengarkan satu demi satu kabar mengerikan. Yang pertama adalah rubuhnya menara tertinggi yang merupakan landmark Nepal, Dharahara, yang dibangun pada 1832 oleh perdana menteri pertama Nepal, Bhimsen Thapa. Lebih dari 20 orang tewas.

Setelah mendengarnya, kami tidak punya alasan apa pun kecuali menyerah dan menunggu berita buruk lainnya. Apa yang dapat kami lakukan, mencari tempat berlindung? Jika kami melakukan itu, kami menantang maut! Oleh sebab itu, tempat terbuka adalah ruang yang secara relatif aman bagi kami.

MARIA RITA






Advertising
Advertising




Berita terkait

Gempa Tektonik M5.2 di Laut Banda, Terasa Sampai Maluku Tenggara

9 jam lalu

Gempa Tektonik M5.2 di Laut Banda, Terasa Sampai Maluku Tenggara

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas intra-slab subduksi banda.

Baca Selengkapnya

Gempa M4,8 di Laut Guncang Banten dan Sekitarnya, Disusul Gempa M3,3

10 jam lalu

Gempa M4,8 di Laut Guncang Banten dan Sekitarnya, Disusul Gempa M3,3

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar bawah laut.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Boalemo Gorontalo, Tidak Berpotensi Tsunami

14 jam lalu

Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Boalemo Gorontalo, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa tersebut dirasakan di Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kota Gorontalo hingga Kabupaten Pohuwato.

Baca Selengkapnya

Gempa Bumi Tektonik M4,2 Terdeteksi di Bawean, Intensitas Getarannya III-IV MMI

3 hari lalu

Gempa Bumi Tektonik M4,2 Terdeteksi di Bawean, Intensitas Getarannya III-IV MMI

BMKG mendeteksi gempa di Bawean, Jawa Timur, pada Rabu siang, 24 April 2024. Dipicu pergerakan sesar lokal

Baca Selengkapnya

BMKG Sebut Gempa M5,1 Pacitan Tidak Merusak dan Berbahaya

5 hari lalu

BMKG Sebut Gempa M5,1 Pacitan Tidak Merusak dan Berbahaya

Gempa dipicu oleh sesat aktif dasar laut.

Baca Selengkapnya

Gempa M4,9 di Laut Banda Mengguncang Maluku, Tidak Berpotensi Tsunami

5 hari lalu

Gempa M4,9 di Laut Banda Mengguncang Maluku, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam slab Lempeng Banda.

Baca Selengkapnya

Info Terkini Gempa Laut Selatan M4,9 Guncang Pangandaran Sampai Bantul

5 hari lalu

Info Terkini Gempa Laut Selatan M4,9 Guncang Pangandaran Sampai Bantul

Guncangan kuat terasa di daerah Ciamis dan Pangandaran, Jawa Barat, dengan skala intensitas gempa III MMI.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Gempa Taiwan, Terbesar Sejak 1999?

19 hari lalu

Fakta-fakta Gempa Taiwan, Terbesar Sejak 1999?

Taiwan baru saja dilanda bencana gempa yang memakan korban jiwa dan kerugian materiel. Bagaimana faktanya?

Baca Selengkapnya

Menilik Jembatan Gantung Akashi Kaikyo di Jepang yang Beroperasi Sejak 26 Tahun Silam

20 hari lalu

Menilik Jembatan Gantung Akashi Kaikyo di Jepang yang Beroperasi Sejak 26 Tahun Silam

Genap berusia 26 tahun, inilah fakta-fakta jembatan gantung cantik Akashi Kaikyo di Jepang, termasuk tahan gempa bumi hingga 8,5 SR.

Baca Selengkapnya

Pulau Penyu yang Cantik di Taiwan Ini Runtuh Sebagian setelah Gempa Bumi

23 hari lalu

Pulau Penyu yang Cantik di Taiwan Ini Runtuh Sebagian setelah Gempa Bumi

Wisatawan yang mengunjungi pulau berbentuk penyu di Taiwan ini biasanya mengikuti tur mengamati paus dari April hingga Oktober.

Baca Selengkapnya