Mahathir Mohammad menyampaikan Ceramah Umum 'Malaysia-Indonesia: Dulu, Kini dan Selamanya' di Jakarta (14/4). Pada ceramah umum tersebut, Mahathir memaparkan demokrasi, politik, koalisi dan pendidikan Negeri Jiran. ANTARA/Puspa Perwitasari
TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Mantan pemimpin Malaysia, Mahathir Mohamad, melancarkan serangan pedas kepada Perdana Menteri Najib Razak. Tokoh yang disegani di Negeri Jiran ini menuntut penjelasan Najib terkait dua skandal yang sangat sensitif. Ia juga memperingatkan partai yang berkuasa akan kehilangan banyak suara jika Najib tetap duduk sebagai perdana menteri.
Kritik Mahathir dipandang oleh banyak kalangan tak main-main. Pasalnya, pria 89 tahun ini dulu pendukung Najib, bukan pengganti yang sengaja dia siapkan sendiri, yakni Abdullah Ahmad Badawi. Badawi mundur pada 2009 dan digantikan oleh Najib. Dalam blog-nya yang banyak dibaca orang, Mahathir masuk ke wilayah yang sebelumnya dianggap tabu oleh publik Malaysia.
Mahathir menyatakan bahwa kebenaran akan terungkap dalam skandal sensasional yang dikaitkan dengan Najib, yaitu dugaan korupsi pembelian kapal selam dan pembunuhan seorang model asal Mongolia pada 2006. Ia mempertanyakan perusahaan investasi milik negara yang diluncurkan oleh Najib. Perusahaan ini terbelit utang US$ 11 miliar dan dana ratusan juta dolar AS yang diduga digelapkan.
Mahathir, yang menjabat sebagai perdana menteri pada 1981-2003, menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Najib sejak partai yang berkuasa, United Malays National Organisation (UMNO), mengalami penurunan suara terburuk pada 2013. Namun kritik kali ini dianggap yang terpedas.
Dalam tulisannya, Mahathir mengatakan Malaysia tidak lagi mempercayai Najib. "Anggota UMNO dan para pemimpin mereka harus menyadari bahwa (rezim yang berkuasa) akan tumbang jika (Najib) masih memimpin UMNO," katanya. Pemilu Malaysia akan digelar pada 2018.
