Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, memamerkan fotonya berjabat tangan Jokowi, pada akun twitternya. twitter.com
TEMPO.CO,Canberra - Perdana Menteri Australia Tonny Abbott mengecam feminis terkenal Germaine Greer karena mencoba meremehkan penderitaan duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, dengan menghubungkan hukuman mati dengan kampanye tentang kesetaraan perempuan dan pria.
"Suatu hal yang penting sedang diremehkan," kata Abbott. Sebaliknya, kata Abbot, Australia harus bisa membawa diri seperti negara besar yang matang dengan membuat representasi yang tepat atas nama warga negara di luar negeri.
Seperti dilansir dari News.com.au pada 10 Maret 2015, selain mengecam feminis tersebut, Abbott mengungkapkan bahwa Presiden Indonesia Joko Widodo masih mengabaikan permintaannya membahas nasib Chan dan Sukumaran yang disampaikan via telepon. Abbott menegaskan, belum ada kemajuan setelah enam hari permintaan itu disampaikan.
"Saya menghargai dia menerima saya untuk menyampaikan masalah ini. Dan, saya ingin membicarakan hal itu lagi dengan dia," kata Abbot. Ia mengatakan Jokowi mungkin setuju dengan permintaan itu. "Ini adalah permintaan, dan saya berharap kami dapat segera melakukan percakapan itu."
Komentar Abbott datang setelah Menteri Luar Negeri Julie Bishop dan feminis Germaine Greer berhadapan pada sebuah acara diskusi panel di Q&A yang membahas Gerakan Membebaskan Puting.
Tapi ketika pembahasan mulai dihubungkan dengan persoalan hukuman mati duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, Bishop menjawab: "Tolong, jangan dibawa ke sana, jangan lanjutkan ke sana."
Reaksi pengguna Twitter pun datang begitu cepat, sehingga memaksa Abbott mengeluarkan pernyataan tentang peremehan terhadap masalah duo Bali Nine tersebut.