Merasa Tak Dihargai, Indonesia Tarik Dubesnya untuk Brasil
Editor
Natalia Santi
Sabtu, 21 Februari 2015 03:23 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia memprotes keras tindakan pemerintah Brasil yang secara tiba-tiba menunda penyerahan surat kepercayaan (kredensial) Duta Besar RI terpilih Toto Riyanto. Toto diundang secara resmi untuk menyampaikan kredensial pada upacara di Istana Presiden Brasil, pukul 9 pagi waktu Brasillia, Jumat, 20 Februari 2015.
"Cara penundaan penyerahan kredensial yang dilakukan oleh Menteri Lur Negeri Brasil secara tiba-tiba pada saat Dubes RI untuk Brasillia telah berada di Istana Presiden Brasil. merupakan suatu tindakan yang tidak dapat diterima oleh Indonesia," kata Kementerian Luar Negeri RI dalam pernyatannya seperti yang diterima Tempo, Sabtu dini hari, 21 Februari 2015 .
Kementerian Luar Negeri RI telah memanggil Duta Besar Brasil untuk Indonesia pada 20 Februari 2015, pukul. 22.00 untuk menyampaikan protes keras terhadap tindakan tidak bersahabat tersebut sekaligus menyampaikan nota protes. Pemerintah Indonesia juga telah memanggil pulang ke Jakarta Dubes RI terpilih untuk Brasil sampai jadwal baru penyerahan credentials dipastikan oleh Pemerintah Brasil.
"Sebagai negara demokratis yang berdaulat dan memiliki sistem hukum yang mandiri serta tidak memihak, maka tidak ada negara asing atau pihak manapun dapat mencampuri penegakan hukum di Indonesia, termasuk terkait dengan penegakan hukum untuk pemberantasan peredaran narkoba," ucap pejabat Kementerian Luar Negeri RI dalam pernyataannya.
Presiden Brasil Dilma Rousseff usai menolak surat kepercayaan dari Dubes RI kepada wartawan di Brasil menyatakan bahwa yang mereka lakukan memperlambat menerima surat kepercayaan dan tidak lebih dari itu. Dubes Toto, yang sebelumnya diundang untuk menyerahkan surat kredensial, akhirnya hanya menonton penyerahan surat kepercayaan diplomat Venezuela, El Salvador, Panama, Senegal, dan Yunani.
Menurut Rousseff, penundaan tersebut dilakukan dilakukan oleh pemerintahnya hingga keadaan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Brasil berubah. "Kami pikir yang penting adalah terjadi perubahan keadaan sehingga ada kejelasan terkait dengan hubungan Indonesia dengan Brasil," kata Rousseff seperti yang dikutip kantor berita Inggris, BBC.
Kejadian ini muncul di tengah rencana Indonesia mengeksekusi terpidana mati kasus narkoba. Marco Archer Cardoso Moreira, warga Brasil, dihukum mati pada 17 Januari 2015 setelah permohonan grasinya ditolak Presiden Joko Widodo. Moreira terbukti bersalah menyelundupkan kokain seberat 13,4 kilogram, yang diselundupkan lewat pipa peralatan gantole yang dia bawa. Saat ditangkap Moreira telah sepuluh kali masuk ke Indonesia.
Seorang warga Brasil lainnya dalam antrean hukuman mati, yakni Rodrigo Gularte, 37 tahun. Peselancar asal Brasil itu menyelundupkan tertangkap basah menyelundupkan 19 kilogram kokain dalam papan selancar yang dibawanya ke Bali. Dalam beberapa kesempatan pemeriksaan oleh tim dokter, Gularte memilih untuk berpura-pura mengidap schizophrenia.
NATALIA SANTI | BC