Tubuh Manusia Albino Diperdagangkan di Tanzania

Reporter

Selasa, 27 Januari 2015 14:52 WIB

Vicky Ntetema (kanan) merupakan salah satu korban yang dimutilasi salah satu tangannya dari perburuan warga di Tanzania. Legenda yang berkembang di Afrika, darah orang-orang albino sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan sihir. dailymail.co.uk

TEMPO.CO, Dodoma - Manusia albino di Tanzania diburu layaknya binatang dalam sebuah perdagangan yang diduga dipicu oleh orang-orang paling berkuasa di negara itu. Manusia albino di negara ini dianggap kutukan atau hantu.

Dipercaya sebagai pembawa keberuntungan dan kekayaan, warga Tanzania memotong bagian tubuh manusia albino dan menjualnya. Untuk satu bagian tubuh tertentu dihargai US$ 3.000 (sekitar Rp 37 juta) atau US$ 4.000 (sekitar Rp 49 juta). Untuk seluruh bagian tubuh dijual seharga US$ 75.000 (sekitar Rp 934 juta).

Akibatnya, banyak manusia albino di Tanzania yang hidup dengan bagian tubuh terpotong, atau sepenuhnya meninggal.

Albinisme, kondisi genetik yang disebabkan kekurangan pigmentasi kulit, rambut, dan mata, menyerang 1 dari 1.400 warga Tanzania. Kondisi ini juga sering disebabkan oleh perkawinan sedarah yang masih dilakukan di wilayah terpencil dan pedesaan di negara itu.

Menurut berita yang dikutip dari Daily Mail, sudah 74 orang albino tewas dan 59 orang albino dapat bertahan hidup dengan bagian tubuh yang terpotong. Bahkan, 16 kuburan telah dijarah.

Para dukun memburu dan memotong bagian tubuh kaum albino di Tanzania untuk dijadikan "ramuan pembawa keberuntungan." Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan, penambang emas di Tanzania memanfaatkan tulang kaum albino sebagai jimat yang dikubur saat mereka menambang emas. Para nelayan menganyam rambut para albino di jaring mereka dengan harapan mereka dapat menangkap lebih banyak ikan.

Baca juga:

Anak Raja Abdullah Ini Ungkap Kekejaman Ayahnya
Taiwan Akan Bangun Taman Rekreasi Bertema Seks
Ini Sebab Milisi Boko Haram Kuat, Brutal dan Kaya
Prancis Haramkan Bayi Diberi Nama Selai Kacang

<!--more-->
Beberapa dukun bahkan percaya, bahwa semakin keras teriakan orang albino saat bagian tubuhnya dipotong, semakin ampuh "jampinya".

Kondisi mengerikan ini membuat Josephat Torner, aktivis hak asasi manusia untuk kaum albino, khawatir. "Sekarang kita bisa melihat para orang tua terlibat dalam perencanaan kejahatan ini. Siapa yang harus kita perangi jika orang tua dan keluarga melakukan ini? Siapa yang bisa kita percaya? Anda tak tahu siapa musuh Anda."

Torner mengatakan, manusia albino di Tanzania hidup dalam bahaya. Pertanyaannya adalah, mengapa? Kenapa sekarang? Dan siapa di balik pembunuhan ini?"

Torner menduga bahwa orang-orang yang berkuasa bisa menjadi penyebab pembunuhan ini. Pernyataan Torner ini diperkuat oleh aktivis amal asal Kanada, Peter Ash. Di negara seperti Tanzania, yang merupakan negara termiskin nomor 25 di dunia, orang-orang yang berkuasa adalah politikus dan pengusaha kaya.

Ash mengatakan bahwa sudah sepuluh orang pelaku pemotongan dan penjualan bagian tubuh albino ditangkap. Namun para pelaku tidak pernah menyebutkan nama-nama pembeli anggota tubuh albino.

DAILY MAIL | WINONA AMANDA

Baca juga:
Dorong Ekspor, Menteri Gobel Andalkan Atase Dagang
Pengacara Budi Gunawan Kini Incar Penyidik KPK
Tangga Madrasah Roboh Timpa Tujuh Siswa
Pemerintah Kaji Kenaikan Elpiji 3 Kg

Berita terkait

Presiden Afsel Minta Negara Kaya Tidak Timbun Vaksin Covid-19

27 Januari 2021

Presiden Afsel Minta Negara Kaya Tidak Timbun Vaksin Covid-19

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa meminta vaksin Covid-19 dibagikan merata ke seluruh negara di dunia

Baca Selengkapnya

Waswas Gelombang Dua Virus Corona di Afrika

18 Desember 2020

Waswas Gelombang Dua Virus Corona di Afrika

Wabah virus corona di wilayah Afrika barat dan tengah mengkhawatirkan mengingat banyak negara yang tak mampu membeli vaksin virus corona.

Baca Selengkapnya

WHO Ingatkan Kematian Akibat Malaria Bisa Lebih Tinggi dari Covid-19

30 November 2020

WHO Ingatkan Kematian Akibat Malaria Bisa Lebih Tinggi dari Covid-19

WHO mengingatkan angka kematian akibat penyakit malaria bisa melampaui kematian karena virus corona di kawasan Afrika.

Baca Selengkapnya

Gajah Afrika Berusia 52 Tahun Mati di Bonbin Amerika

9 Oktober 2020

Gajah Afrika Berusia 52 Tahun Mati di Bonbin Amerika

Gajah Afrika bernama Sophi sempat mengalami penurunan kondisi selama beberapa hari sebelum mati.

Baca Selengkapnya

Studi: Nyamuk Berevolusi Gigit Manusia Gara-gara Cari Air

26 Juli 2020

Studi: Nyamuk Berevolusi Gigit Manusia Gara-gara Cari Air

Banyak jenis nyamuk menggigit beragam jenis hewan, tapi beberapa hanya suka manusia dan tidak ada yang tahu kenapa hingga kini.

Baca Selengkapnya

Kematian Massal Gajah Liar di Botswana, Penyebab Masih Misterius

6 Juli 2020

Kematian Massal Gajah Liar di Botswana, Penyebab Masih Misterius

Hampir 400 gajah mati dalam 2 bulan. Konservasionis mengkritik lambannya pemerintah Botswana bertindak atas bencana yang dialami gajah di negeri itu.

Baca Selengkapnya

Didesak Afrika dan Aktivis, Dewan HAM PBB Bahas Rasisme di AS

15 Juni 2020

Didesak Afrika dan Aktivis, Dewan HAM PBB Bahas Rasisme di AS

Negara-negara Afrika diwakili Burkina Faso dan 600 organisasi HAM serta keluarga korban mendesak Dewan HAM PBB membahas rasisme sistematis di AS.

Baca Selengkapnya

54 Negara Afrika Desak Dewan HAM PBB Bahas Kasus George Floyd

15 Juni 2020

54 Negara Afrika Desak Dewan HAM PBB Bahas Kasus George Floyd

Dubes Burkina Faso meminta Dewan HAM PBB membahas sikap rasisme sistematis dan kekerasan polisi pasca tewasnya George Floyd.

Baca Selengkapnya

Protes Rasisme, Mengenal Sosok Cecil Rhodes dari Inggris

10 Juni 2020

Protes Rasisme, Mengenal Sosok Cecil Rhodes dari Inggris

Unjuk rasa anti-rasisme di Amerika Serikat telah menyebar ke Inggris. Demonstran meminta patung Cecil Rhodes dicopot.

Baca Selengkapnya

Virus Corona di Afrika Tak Seganas di Tempat Lain, Ini Sebabnya

24 Mei 2020

Virus Corona di Afrika Tak Seganas di Tempat Lain, Ini Sebabnya

WHO mencatat virus corona Covid-19 telah menyebar ke setiap negara di Afrika sejak kasus pertama dikonfirmasi di benua itu 14 minggu lalu. Tapi ...

Baca Selengkapnya