Diancam, Kelompok Anti-Islam Jerman Tetap Berdemo
Editor
Maria Rita Hasugian
Selasa, 20 Januari 2015 17:42 WIB
TEMPO.CO, Berlin - Para pemimpin gerakan anti-Islam Jerman, Pegida, telah berjanji melanjutkan protes mereka meski sebelumnya dipaksa untuk membatalkan unjuk rasa di Dresden, yang direncanakan Senin malam, karena ancaman teror.
Unjuk rasa Pegida dilaksanakan di Berlin, Munich dan kota-kota lain di Jerman, tetapi hanya menarik segelintir orang. Sekitar 800 pendukung Pegida berbaris di Munich. Namun, menurut estimasi polisi, jumlah mereka dikalahkan oleh sekitar 11 ribu penentangnya.
Estimasi lain menyebutkan sekitar 400 pendukung Pegida kalah jumlah dari sekitar 1.000 penentang. Di Dresden, sekitar 25 ribu pendukung Pegida ikut berdemo pada minggu lalu. Hanya sekitar 200 pengunjuk rasa menentang larangan pertemuan umum yang dikeluarkan oleh polisi setelah ada "ancaman nyata" terhadap aksi demo ini.
Intelijen Jerman dilaporkan menyadap pesan dari mujahid tentang rencana para pembunuh untuk berbaur dengan demonstran. Mengutip sumber keamanan yang tidak disebutkan namanya, koran Bild melaporkan bahwa pemerintah Jerman khawatir mengenai kemungkinan pengeboman. Menurut pemimpin Pegida, sasarannya adalah pendiri gerakan itu, Lutz Bachmann.
Bachmann mengatakan bahwa tidak ada pilihan lain bagi anggota Pegida selain membatalkan unjuk rasa. Namun ia menjanjikan protes lain yang akan dilakukan di Dresden. "Ini tidak berarti kami telah dibungkam," katanya pada konferensi pers di kota itu.
"Kita tidak bisa membiarkan mereka mengambil hak untuk berkumpul dan kebebasan berbicara," kata Kathrin Oertel, pemimpin lainnya dari kelompok itu.
Polisi di negara bagian Saxony telah menyatakan kekhawatiran bahwa mereka tidak dapat memberikan keamanan terhadap ancaman teror untuk pertemuan publik yang besar seperti itu. Namun Pegida mendapat tawaran bantuan yang tak terduga pada hari Senin, ketika Angela Merkel mengatakan pemerintahnya akan memberikan dukungan federal untuk menjalankan unjuk rasa.
Menyebut diri mereka Kaum Patriotik Eropa melawan Islamisasi Barat (Patriotische Europäer gegen die Islamisierung des Abendlandes) atau disingkat Pegida, Bachmann dan rekan-rekannya mengatakan mereka memprotes terkikisnya budaya Yahudi-Kristen Jerman oleh imigran muslim.
Namun, pada konferensi pers hari Senin, 19 Januari 2015, anggota Pegida berkeras bahwa mereka tidak antimuslim. "Kita tidak bisa terus disebut 'pembenci Islam'," kata Oertel.
Jumlah demonstran yang sedikit pada Senin malam membuat Pegida tidak dapat memperluas jaringan organisasi dan pendukungnya. Setiap protes yang dilakukan Pegida selalu "dikalahkan" penentangnya. Pekan lalu, lebih dari 100 ribu orang berdemo melawan Pegida dalam protes perlawanan di seluruh Jerman.
THE TELEGRAPH | WINONA AMANDA
Baca juga:
Begini Cina Hukum Warganya yang Berperilaku Buruk
Rahmad Darmawan Ungkap Kelemahan Persija
Klub Arsenal ke Indonesia, Ini Jadwal Tandangnya
25 Password Yang Gampang Dibajak, Ini Daftarnya