Petugas memeriksa TKP pembunuhan dua wanita di dalam unit apartemen di distrik Wan chai, Hong Kong, 1 November 2014. Tersangka pembunuhan bernama Rurik Jutting yang bekerja sebagai bankir di Hong Kong. AP/Apple Daily
TEMPO.CO, Jakarta - Kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Rurik Jutting kepada dua pekerja seks komersial asal Indonesia adalah kabar mengejutkan bagi warga Hong Kong. Bagaimana tidak, Hong Kong merupakan kota dengan kejahatan dan kekerasan terendah di dunia.
"Ini adalah kabar besar yang mengejutkan karena Anda tidak akan pernah menyangka kejadian ini akan terjadi di Hong Kong," tulis BBC News, Senin, 3 November 2014. (Baca: PSK Indonesia Dibunuh di Apartemen Mewah Hong Kong)
Kota ini terakhir kali merasakan misteri pembunuhan pada 2003. Ketika itu ibu rumah tangga asal Amerika, Nancy Kissel, memukuli suaminya, Robert Kissel, sampai mati.
Kasus pembunuhan ini dikenal dengan "milkshake murder" karena Nancy memberikan obat bius ke dalam susu kocok atau milkshake yang ia berikan kepada suaminya. Nancy memukuli suaminya saat tertidur sehingga Robert tidak bisa melawan.
Anehnya, baik Robert dan Nancy adalah mantan karyawan Bank of America Merrill Lynch, sama seperti Jutting. Sesuai dengan keputusan Pengadilan Tinggi Hong Kong, Nancy dipenjara seumur hidup karena terbukti bersalah. Adapun Jutting baru akan menjalani sidangnya di Pengadilan Magistrates Timur hari ini. (Baca: Pembunuh PSK Indonesia Diadili Hari Ini)
Kasus Nancy merupakan pembunuhan yang melibatkan orang dengan profil tinggi yang paling serius dalam sejarah kematian ekspatriat di Hong Kong. Bedanya, Jutting justru menjadi pelakunya.
"Sebenarnya risiko menjadi pekerja seks memang berisiko tinggi. Namun, risiko bahaya masih sangat rendah di kota seperti Hong Kong," kata koresponden BBC News di Hong Kong, Juliana Liu.
Jutting diduga melakukan pembunuhan dua PSK asal Indonesia yang akrab dipanggil Jessie dan Alice. Kedua wanita ini ditemukan di apartemen Jutting dengan keadaan tanpa busana dan luka di leher dan sekujur tubuhnya. Satu jenazah dikenali bernama Sumarti Ningsih. Dia sudah bekerja di Hong Kong selama empat tahun.