Menteri Pertama Skotlandia Alex Salmond, berbicara saat berkampanye "Ya" di Perth, Skotlandia, 17 September 2014.Referendum kemerdekaan Skotlandia akan berlangsung pada 18 September, ketika Skotlandia akan memilih apakah atau tidak mengakhiri serikat 307 tahun dengan Inggris. REUTERS/Dylan Martinez
TEMPO.CO, Edinburgh - Pemimpin pergerakan kemerdekaan sekaligus perdana menteri pertama di Skotlandia, Alex Salmond, memutuskan untuk mengundurkan diri menyusul kemenangan untuk menolak referendum. Melihat hasil perolehan suara sebanyak 55 persen untuk "Tidak" pada referendum, Salmond mengaku sudah mengetahui dengan jelas bahwa rakyat Skotlandia masih mau bersatu dengan Inggris Raya.
"Skotlandia akan lebih baik di bawah pemimpin baru. Sudah waktunya saya untuk memberikan kesempatan kepada orang lain," kata Salmond dalam sebuah konferensi pers di Edinburgh, seperti dilaporkan The Guardian, Jumat, 19 September 2014.
Salmond adalah tokoh dominan dalam politik di Skotlandia selama puluhan tahun. Pria 59 tahun ini adalah penggagas referendum. Ia merasa Skotlandia perlu meraih kemerdekaan dan menjadi negara mandiri. Meski telah menerima kekalahan, Salmond merasa impian dari minoritas warga Skotlandia harus terus dikejar. (Baca: Perdana Menteri Skotlandia Akui Kekalahan)
"Bagi saya, masa untuk menjadi pemimpin telah habis. Tapi untuk Skotlandia, kampanye akan terus berjalan dan mimpi untuk merdeka tidak akan pernah mati," kata Salmond. (Baca: 5 Hal Berubah jika Skotlandia Lepas dari Inggris)
Rencana pemisahan diri dari Inggris disampaikan oleh Salmond pada akhir November lalu. Dalam sebuah dokumen setebal 670 halaman, dijabarkan secara rinci berbagai hal tentang pemisahan diri, termasuk mata uang, sistem perpajakan, dan kesejahteraan rakyat.
Bocah 5 Tahun Didenda Rp 2,5 Juta Gara-gara Jualan Minuman
22 Juli 2017
Bocah 5 Tahun Didenda Rp 2,5 Juta Gara-gara Jualan Minuman
Bocah perempuan berusia 5 tahun terisak di hadapan ayahnya, menceritakan dirinya didenda Rp 2,5 juta gara-gara berjualan minuman lemon di dekat rumahnya.