Jemaah haji mengunjungi makam Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, 19 Oktober 2013. Cem Oksuz/Anadolu Agency/Getty Images
TEMPO.CO, Madinah - Kabar mengenai usulan pemindahan makam Nabi Muhammad dari Masjid Nabawi ke pemakaman al-Baqi belum direspons Raja Abdullah. Rencana pemindahan ke lokasi yang tak jauh dari Nabawi yang kemudian beritanya merebak di media internasional disikapi dingin oleh pemerintah Arab Saudi. (Baca: Makam Nabi Muhammad Akan Dipindahkan)
Dalam laporan harian Inggris, The Independent, pada Senin, 1 September 2014, disebutkan baik Raja Abdullah maupun pengawas Masjid Nabawi belum memberi komentar apakah akan menyetujui usulan tersebut atau menolaknya. (Baca: Ini Alasan Pemindahan Makam Nabi Muhammad)
Memang, usulan yang merupakan bagian dari dokumen konsultasi yang diajukan oleh akademikus terpadang Saudi dari Universitas Islam Al-Imam Muhammad Ibn Saud di Riyadh, Dr Ali bin Abdulaziz al-Shabal, telah menuai sejumlah kritikan. (Baca: NU Anggap Penggusur Makam Nabi Sakit Jiwa)
Makam Nabi Muhammad merupakan tempat suci bagi umat Islam, baik Sunni maupun Syiah. Direktur Yayasan Penelitian Peninggalan Islam Saudi Dr Irfan al-Alawi mengatakan upaya apa pun untuk melakukan perubahan terhadap makam akan memicu kerusuhan. Langkah itu juga berisiko memicu ketegangan sektarian antara Sunni dan Syiah yang kini telah terjadi di Suriah dan Irak.
Namun demikian, pemerintah Saudi sebelumnya telah berkeras bahwa akan memperlakukan pengembangan situs suci ini, termasuk Ka'bah di Mekah, "dengan serius". (Baca: Pindahkan Makam Nabi, Saudi Disumpahi Bakal Hancur)
Tahun lalu, Kedutaan Besar Saudi di Inggris menyatakan, “Pengembangan masjid suci Mekah merupakan subyek yang sangat penting. Peran ini merupakan inti dari prinsip-prinsip yang Arab Saudi pegang.” (Baca: PBNU Dorong Presiden Bereaksi Soal Makam Nabi)