Militan ISIS memegang pisau berbicara dengan pria yang diduga sebagai jurnalis Amerika James Foley dalam video yang diunggah ke media sosial pada 19 Agustus 2014. Dalam video berjudul "A Message to America" ini nyawa James Foley berakhir dengan dipenggal. REUTERS/Social Media Website
TEMPO.CO, London - Perdana Menteri Inggris David Cameron mengakui bahwa Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)--yang kini menyebut diri sebagai Negara Islam--bersalah atas kasus pembunuhan yang “barbar dan brutal” terhadap wartawan Amerika Serikat, James Foley. (Baca: ISIS Rilis Video Pemenggalan Wartawan AS)
“Biarkan saya mengutuk sepenuhnya tindakan barbar dan brutal atas apa yang terjadi,” kata Cameron, seperti dikutip The Guardian, Rabu, 20 Agustus 2014.
Meski pelaku pemenggalan belum diidentifikasi secara pasti, Cameron menduga kuat bahwa milisi bertopeng hitam tersebut adalah warga negara Inggris yang bergabung dengan ISIS. “Dari apa yang kita lihat, begitu besar kemungkinan bahwa itu warga Inggris. Ini sangat mengejutkan,” ujar Cameron.
Sekarang, badan-badan intelijen Inggris tengah bekerja keras untuk mengindentifikasi pria itu. Mereka akan berfokus pada relawan ISIS kelahiran Inggris. Diperkirakan ada 400-500 pejuang ISIS asal Inggris. Dan 250 di antaranya diyakini sudah kembali ke Inggris. (Baca: Inggris Turun Tangan Bantu Irak Hadapi ISIS)
Karena itu, tutur Cameron, Inggris kini akan melipatgandakan semua upaya untuk menghentikan orang-orang yang ingin pergi ke Irak dan Suriah, memperketat pemeriksaan paspor, menelaah tujuan wisata para wisatawan, menangkap dan mengadili orang yang berpartisipasi dalam kegiatan ekstremis dan kekerasan, serta membersihkan materi ekstremis dari Internet.