ISIS Kuasai Pabrik Senjata Kimia

Reporter

Editor

Indah Pratiwi

Rabu, 9 Juli 2014 14:35 WIB

Seorang petugas ahli senjata kimia mengunjungi salah satu pasien yang dirawat karena terkena serangan senjata kimia di ruang perawatan RS di Damascus, Suriah (28/8). Tim ahli ini akan melakukan penyelidikan selama 3 hari di wilayah yang terdampak serangan senjata kimia. REUTERS/Bassam Khabieh

TEMPO.CO, Baghdad - Gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) berhasil menguasai lokasi bekas pabrik pembuatan senjata kimia di Irak. Baghdad membenarkan kabar ini, namun, dalam sebuah surat kepada Persatuan Bangsa-Bangsa, mereka mengatakan tak mampu menunaikan kewajiban menghancurkan senjata kimia.

Kompleks pabrik yang terletak di Kota Muthanna, barat laut Baghdad, disebut-sebut menyimpan banyak roket yang diisi dengan sarin dan agen saraf mematikan lainnya. PBB dan Amerika Serikat mengatakan amunisi telah terdegradasi dan pemberontak tidak akan mampu membuat senjata kimia yang dapat mereka gunakan. (Baca:Ini Penampilan Pertama Pemimpin ISIS di Publik)

Dalam surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Duta Besar Irak untuk PBB, Mohamed Ali Alhakim, mengatakan para pemberontak mengambil alih kompleks pada 11 Juni lalu setelah melucuti senjata tentara yang menjaga situs itu. Dokumen tersebut menyatakan sistem pengawasan Muthanna menunjukkan bahwa ada penjarahan beberapa peralatan di pabrik yang lokasinya sekitar 70 kilometer di barat laut ibu kota Irak.

Atas pengambilalihan tersebut, surat itu menyatakan Irak tidak mampu "memenuhi kewajibannya menghancurkan senjata kimia". Namun mereka menyatakan pemerintah akan melanjutkan komitmennya "segera setelah situasi keamanan telah membaik dan kontrol atas fasilitas telah pulih". Sekitar 2.500 roket yang diisi dengan agen saraf--termasuk sarin dan gas mustard--disimpan di Muthanna. (Baca:ISIS Bersumpah Hancurkan Kabah Jika Kuasai Mekah )

PBB mengatakan setidaknya 2.417 warga Irak, termasuk 1.531 warga sipil, tewas dalam "tindakan kekerasan dan terorisme" selama Juni. Lebih dari satu juta orang kini hidup di pengungsian.

BBC | INDAH P






Berita lainnya:
Cina Pampang Gambar 'Jamur' di Peta Jepang
Moskow Tuduh AS Culik Peretas Rusia
Abbas Minta Israel Hentikan Serangan Udara

Berita terkait

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

9 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

28 hari lalu

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

Tajikistan membantah tuduhan Rusia bahwa kedubes Ukraina di ibu kotanya merekrut warga untuk berperang melawan Rusia

Baca Selengkapnya

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

29 hari lalu

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

Polisi Iran telah menangkap beberapa anggota ISIS yang diduga merencanakan aksi bunuh diri menjelang Idul fitri.

Baca Selengkapnya

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

37 hari lalu

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

Rusia mengatakan menemukan bukti bahwa pelaku yang membunuh lebih dari 140 orang di gedung konser dekat Moskow terkait dengan "nasionalis Ukraina."

Baca Selengkapnya

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

38 hari lalu

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

Rusia menaruh kecurigaan bahwa Ukraina, bersama Amerika Serikat dan Inggris, terlibat dalam penembakan di Moskow.

Baca Selengkapnya

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

40 hari lalu

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

Warga negara Tajikistan, Rachabalizoda Saidakrami dan Shamsidin Fariduni dapat melakukan perjalanan dengan bebas antara Rusia dan Turki

Baca Selengkapnya

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

40 hari lalu

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa sejauh ini belum ada tanda-tanda keterlibatan Ukraina dalam penembakan di gedung konser Moskow

Baca Selengkapnya

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

40 hari lalu

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

Serangan Moskow menimbulkan pertanyaan tentang ketajaman FSB, pengganti KGB, badan intelijen yang kerap dianggap momok bagi Barat.

Baca Selengkapnya

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

41 hari lalu

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

Prancis bergabung dengan AS dengan mengatakan bahwa intelijennya mengindikasikan bahwa ISIS bertanggung jawab atas serangan di konser Rusia

Baca Selengkapnya

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

41 hari lalu

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

Rusia menantang pernyataan Amerika Serikat bahwa ISIS menjadi dalang penembakan di sebuah gedung konser di luar Moskow yang menewaskan 137 orang

Baca Selengkapnya