Buku Baru Ungkap 'Perang Dingin' Obama-Clinton  

Reporter

Editor

Indah Pratiwi

Senin, 23 Juni 2014 09:16 WIB

Barack Obama (kiri) dan Hillary Clinton. AFP/Mandel NGAN

TEMPO.CO, Washington - Diam-diam pasangan Barack Obama dan Bill Clinton saling memendam ketidaksukaan. Jurnalis Edward Klein dalam buku terbarunya yang berjudul Blood Feud menyatakan "perang dingin" di antara keduanya bisa berimbas bagi suara Demokrat dalam pemilu 2016.

Permusuhan mereka mencapai intensitas tertentu sehingga Klein mengatakan Obama mungkin tak akan mendukung Hillary dalam pemilu presiden mendatang. Apalagi kemudian muncul selentingan bahwa Michelle Obama akan maju sebagai kandidat presiden untuk menyaingi istri Bill Clinton itu.

Menurut Klein, meski pernah mendukung kampanye Obama dan Hillary menjadi Menteri Luar Negeri dalam periode pertama pemerintahan Obama, Bill tak pernah "mengampuni" Presiden AS ke-44 itu. Menurut dia, "dosa" terbesar Obama adalah menyerangnya secara pribadi saat konvensi Partai Demokrat dan menuduhnya rasis.

"Aku benci Obama lebih dari siapa pun yang pernah kutemui, lebih dari siapa pun yang pernah hidup," kata Bill Clinton kepada temannya, setelah Obama menuduhnya rasis.

Menurut Klein, seperti ditulis The New York Post, Michelle Obama kerap bergosip tentang Hillary. Ia bahkan mempunyai julukan khusus untuk ibu Chelsea Clinton ini, yaitu Hildebeest. Julukan ini mengacu pada seekor hewan mirip kerbau yang jelek namun kuat.

Klein menyebut dukungan Clinton kepada Obama dalam pemilihan presiden untuk kedua kalinya palsu belaka. Saat itu Obama mendapat saran dari orang-orang terdekatnya untuk mendekat kepada Clinton jika ingin mengamankan masa jabatan kedua.

Walau tak suka, Obama akhirnya meminta mantan presiden itu untuk bermain golf bersamanya pada September 2011, dan meminta bantuannya. "Aku sungguh tak akan menikmati ini," kata Bill, menurut Klein, setelah menerima undangan Obama.

Menurut Klein, Bill tidak suka kepada Obama, selain karena ucapannya selama konvensi yang menyinggungnya, juga karena Obama tak mengindahkan sarannya. "Ada dua orang di Gedung Putih setelah aku, Obama dan Bush. Tapi Bush lebih mendengar saranku ketimbang dia (Obama)," kata Bill seperti ditulis Klein.

Bill juga pernah menyatakan kepada salah seorang temannya bahwa hubungannya dengan Obama sangat kikuk. "Kadang-kadang kami hanya saling menatap. Ini sungguh canggung," katanya.

Hingga hari ini, baik perwakilan Clinton maupun Obama belum ada yang bersuara untuk mengomentari buku ini.



NEW YORK POST | INDAH P.




Berita Terpopuler:




Ahok Sebut Ultah Jakarta Kali Ini Terasa Pahit
Tasikmalaya Diguncang Gempa 5,5 Skala Richter
Tip Hindari Kehabisan Tenaga Saat Midnight Sale
Dirampok, Caddy Golf Melawan dengan Tendangan Maut

Advertising
Advertising

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya