Filipina Kecam Ekspansi Cina di Laut Cina Selatan

Reporter

Editor

Natalia Santi

Senin, 16 Juni 2014 17:07 WIB

Menlu Marty M. Natalegawa (kanan) berbincang dengan Menlu Filipina Albert F.Del Rosario. ANTARA FOTO/KEMLU-HO/Suwandy

TEMPO.CO, Manila - Pemerintah Filipina mengecam “agenda ekspansi” Cina dalam sengketa wilayah Laut Cina Selatan dan menyerukan negara-negara yang bersinggungan untuk menghentikan tindakan yang bisa meningkatkan ketegangan. Filipina menuding Cina sengaja tergesa-gesa melakukan ekspansi sebelum kode etik (code of conduct) yang sedang dirundingkan bersama negara-negara ASEAN selesai.

Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario menyokong usul Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk Asia Timur, Daniel Russel, yakni bahwa Cina dan negara-negara Asia Tenggara harus bersama-sama melakukan dialog perihal Laut Cina Selatan.

“Mari kita melaksanakan moratorium kegiatan yang dapat meningkatkan ketegangan,” kata Del Rosario kepada stasiun televisi ANC, Senin, 16 Juni 2014. “Kita lakukan sekarang pada saat kita masih menyelesaikan kode etik dan implementasi yang efektif.”

Dia mengatakan Cina dan negara-negara yang bersinggungan lain tampak berlomba-lomba melakukan kegiatan konstruksi di wilayah Laut Cina Selatan. Aktivitas ini bertujuan memperluas klaim batas wilayah dengan negara-negara tetangga.

“Mereka mempercepat agenda ekspansi, salah satu alasannya, mereka ingin melakukan ini sebelum ada kesepakatan kode etik,” ujarnya.

Pernyataan Rosario dikeluarkan sehari setelah Cina mengumumkan pembangunan sekolah di Kepulauan Paracel, wilayah yang disengketakan di Laut Cina Selatan. Sekolah tersebut menambah fasilitas Cina yang dibangun di Pulau Yongxing, pulau terbesar di kepulauan yang mereka sebut Xisha. (Baca: Cina Bangun Sekolah di Pulau Sengketa)

Negara-negara Asia Tenggara telah mendesak Cina untuk menyepakati kode etik seperangkat aturan tata perilaku aktivitas di wilayah Laut Cina Selatan. Tahun lalu, Filipina mengajukan kasus Laut Cina Selatan ke Pengadilan Arbitrase Perserikatan Bangsa-Bangsa di Den Haag. Kasus ini diajukan untuk memperjelas hak eksplorasi dan eksploitasi sumber daya yang dimiliki Laut Cina Selatan di bawah Konvensi PBB tentang hukum laut.

Cina mengklaim hampir 90 persen wilayah Laut Cina Selatan, yang diyakini memiliki cadangan minyak dan gas yang besar dan kaya akan sumber daya perikanan. Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Taiwan juga mengklaim batas wilayah Laut Cina Selatan yang memiliki potensi US$ 5 triliun dari perdagangan dan pelayaran kapal yang melewati wilayah ini setiap tahun.



REUTERS | ROSALINA




Berita lainnya:
Putra Prabowo Mengaku Tak Pernah Dikritik Ayahnya
Manning: Sejak Awal Publik Dibohongi soal Irak
Jokowi Dianggap Terlalu Banyak Mengulang KJP-KJS







Advertising
Advertising

Berita terkait

Abu Sayyaf Serang Permukiman Dinihari Tadi, 9 Warga Dibunuh

21 Agustus 2017

Abu Sayyaf Serang Permukiman Dinihari Tadi, 9 Warga Dibunuh

Sekitar 60 milisi Abu Sayyaf menyerang Kota Maluso di Pulau Basilian, Filipina selatan, dinihari tadi, menyebabkan 9 warga sipil tewas dan 10 terluka.

Baca Selengkapnya

Duh, Duterte Sebut Universitas Oxford Tempat Kuliah Orang Bodoh

27 Juli 2017

Duh, Duterte Sebut Universitas Oxford Tempat Kuliah Orang Bodoh

Duterte mencerca Oxford setelah universitas itu merilis hasil penelitian perihal sang presiden dan buzzer atau penggaung di media sosial.

Baca Selengkapnya

Melukis Gunakan Darah, Begini Hasilnya --Oops

8 Juli 2017

Melukis Gunakan Darah, Begini Hasilnya --Oops

Kel Cruz, seniman asal Kota Quezon, Filipina menggunakan berbagai elemen unik termasuk darah untuk melukis

Baca Selengkapnya

Filipina Umumkan Presiden Duterte Masih Hidup dan Sehat

27 Juni 2017

Filipina Umumkan Presiden Duterte Masih Hidup dan Sehat

Pemerintah Filipina akhirnya angkat bicara soal keberadaan Presiden Rodrigo Duterte yang belakangan diisukan sakit berat karena jarang terlihat.

Baca Selengkapnya

Militer Filipina: Militan ISIS di Marawi Menyamar Jadi Pengungsi

29 Mei 2017

Militer Filipina: Militan ISIS di Marawi Menyamar Jadi Pengungsi

Sejak peperangan berlangsung, hampir 200 ribu penduduk Marawi mengungsi ke Iligan berjarak sektar 38 kilometer ke arah utara.

Baca Selengkapnya

Lelucon Kontraversial Duterte, Izinkan Tentara Perkosa 3 Wanita

28 Mei 2017

Lelucon Kontraversial Duterte, Izinkan Tentara Perkosa 3 Wanita

Presiden Rodrigo Duterte dengan nada bercanda, membuat lelucon bahwa anggota militer dapat memperkosa sampai 3 wanita.

Baca Selengkapnya

Situasi Marawi Mencekam, KJRI Terus Berkomunikasi dengan WNI  

27 Mei 2017

Situasi Marawi Mencekam, KJRI Terus Berkomunikasi dengan WNI  

Iqbal menjelaskan ke-17 WNI dalam keadaan baik tinggal di Kota Marawi.

Baca Selengkapnya

Gereja Filipina: Duterte Terapkan Darurat Militer Lawan ISIS

25 Mei 2017

Gereja Filipina: Duterte Terapkan Darurat Militer Lawan ISIS

Uskup memperingatkan warga Marawi agar berhati-hati dan bekerjasama dengan militer.

Baca Selengkapnya

Melawan ISIS, Militer Filipina Lancarkan Serangan ke Marawi

25 Mei 2017

Melawan ISIS, Militer Filipina Lancarkan Serangan ke Marawi

Angkatan Bersenjata Filipina mengerahkan sekitar 100 pasukan didukung oleh helikopter guna merebut Marawi dari tangan Maute.

Baca Selengkapnya

Ini Profil Kelompok Maute, Pelaku Serangan Marawi

24 Mei 2017

Ini Profil Kelompok Maute, Pelaku Serangan Marawi

Kelompok Maute yang juga dikenal sebagai Dawlah Islamiya Filipina kini menjadi sorotan atas serangannya terhadap Kota Marawi, Selasa lalu.

Baca Selengkapnya