Tekanan Terhadap Minoritas Makin Meningkat  

Reporter

Editor

Harun Mahbub

Selasa, 15 April 2014 05:33 WIB

Seorang ibu Etnis Minoritas desa Dong menggendong anaknya yang menggunakan kostum tradisional dalam acara tradisional Dong Minoritas festival "Tai Guan Ren", di desa Huanggang, Guizhou (6/2). REUTERS/China Daily

TEMPO.CO, Jakarta - Michael Privot, Director of European Network Against Racism (ENAR) mengatakan, komunitas negara-negara Eropa belum mengakui kelompok minoritas. Bahkan, mereka tak bisa mendefinisikan arti minoritas itu sendiri. "Banyak kaum minoritas terbentuk karena adanya perbatasan atau perubahan wilayah. Ada juga minoritas terbentuk karena migrasi para pekerja," kata Michael dalam Seminar Fundamental Rights in the European Union: Lesson Learned for Indonesia di kantor PBNU, Jakarta, Senin, 14 April 2014.

Mengutip Laporan ENAR pada 2012 lalu, dia menjelaskan, adanya peningkatan diskriminasi, intoleransi, dan rasisme terhadap kelompok minoritas. Kelompok minoritas seperti muslim, yahudi, warga keturunan Afrika, dan para imigran meningkat dan menyebar di hampir seluruh negara Eropa.

Sementara, kata privot, kelompok minortas tidak tahu hak-haknya. Hampir 80 persen masyarakat minoritas dunia tidak sadar bahwa mereka memiliki hak untuk dilindungi dan bisa berlindung di bawah payung hukum hak asasi. (Baca: Lima Tantangan Ganjal Pencapaian MDGs ASEAN)

Hal ini, lanjutnya, menyebabkan semakin berperannya kelompok konservatif yang menyudutkan warga minoritas. "Ini berarti ke depannya kelompok konservatif melihat kelompok yang berbeda sebagai ancaman dan hanya sebagai obyek olokan," katanya.

Dia kemudian mencontohkan masih tingginya kasus diskriminasi dan rasisme terhadap kelompok minoritas di Eropa tidak hanya masalah agama tapi juga gender. Di Eropa, kesenjangan gaji yang diterima wanita dan pria mencapai 12 persen. "Kalau melamar kerja di perusahaan Eropa, nama yang terdengar asing berakibat peluang untuk dipanggil pada tahap wawancara hanya sepertiga," ujarnya.

Marwan Muhammad, Collective Against Islamophobia in France membenarkan tingginya kasus rasisme di negara-negara Eropa. Tapi, menurut dia kasus rasisme dan diskriminasi paling sering terjadi di Prancis, terutama terhadap kelompok muslim.

"Di Prancis, fobia terhadap Islam sangat luar biasa. Pria berjenggot saja dianggap teroris dan mengancam keamanan," kata dia. Sepanjang 2013, Collective Against Islamophobia in France mencatat lebih dari 700 kasus-kasus diskriminasi dan intoleransi terhadap kelompok muslim.

Kelompok penganut Islam di Prancis, lanjutnya, dianggap sebagai masalah serius. Karena itulah, perlu ada langkah-langkah perlindungan nyata terhadap kelompok minoritas dari pemerintah di negara yang masih rasisme. Perlindungan tersebut bisa berupa paayung hukum, pendekatan artistik, hingga pendekatan sosial.

ROSALINA

Berita Terpopuler
Aher: PKS Tawarkan Koalisi Sepaket dengan Cawapres

Konvensi Demokrat Sudah Antiklimaks

Ujian Nasional, Siswa ke Toilet Dikawal Polisi

Berita terkait

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

14 hari lalu

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

Ada empat akar masalah Papua, yakni sejarah dan status politik, diskriminiasi, kekerasan dan pelanggaran HAM berat, dan kegagalan pembangunan.

Baca Selengkapnya

Asal Mula Hari Peduli Autisme Sedunia, Memahami Orang-orang dengan Spektrum Autisme

25 hari lalu

Asal Mula Hari Peduli Autisme Sedunia, Memahami Orang-orang dengan Spektrum Autisme

Hari Peduli Autisme Sedunia diperingati setiap 2 April untuk meningkatkan kesadaran tentang Gangguan Spektrum Autisme (ASD)

Baca Selengkapnya

Begini Ketentuan dan Bunyi Pasal Penistaan Agama yang Menjerat Panji Gumilang

33 hari lalu

Begini Ketentuan dan Bunyi Pasal Penistaan Agama yang Menjerat Panji Gumilang

Panji Gumilang dijerat Pasal Penodaan Agama, penghinaan terhadap agama di Indonesia masih mengacu pada Pasal 156a KUHP.

Baca Selengkapnya

Mangkrak 20 Tahun, Apa Itu RUU PPRT yang Belum Juga Disahkan DPR?

50 hari lalu

Mangkrak 20 Tahun, Apa Itu RUU PPRT yang Belum Juga Disahkan DPR?

Dua dekade RUU Perindungan Pekerja Rumah Tangga mangkrak tidak disahkan. Ini penjelasan mengenai RUU PPRT.

Baca Selengkapnya

International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

51 hari lalu

International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

Peringatan International Women's Day Jogja 2024, Ketua Divisi Aksi dan Propaganda Srikandi UGM sebut mengusung tema "Mari Kak Rebut Kembali!"

Baca Selengkapnya

Tentara Perempuan Ukraina Berperang di Dua Front: Melawan Rusia dan Diskriminasi di Militer

51 hari lalu

Tentara Perempuan Ukraina Berperang di Dua Front: Melawan Rusia dan Diskriminasi di Militer

Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan pada Oktober lalu bahwa hampir 43.000 tentara perempuan saat ini bertugas di militer.

Baca Selengkapnya

Malaysia Menang Terkait Isu Diskriminasi Uni Eropa terhadap Sawit di WTO

52 hari lalu

Malaysia Menang Terkait Isu Diskriminasi Uni Eropa terhadap Sawit di WTO

Malaysia memenangkan gugatan di WTO melawan tindakan diskriminasi Uni Eropa terhadap produk biofuel dari minyak sawit.

Baca Selengkapnya

Kisah Marie Thomas Melawan Diskriminasi hingga Jadi Dokter Perempuan Pertama di Hindia Belanda

19 Februari 2024

Kisah Marie Thomas Melawan Diskriminasi hingga Jadi Dokter Perempuan Pertama di Hindia Belanda

Marie Thomas dikenal sebagai dokter perempuan pertama. Ia melalui diskriminasi saat sekolah kedokteran

Baca Selengkapnya

Mengenang Gus Dur, Presiden yang Mencabut Inpres Larangan Merayakan Imlek

8 Februari 2024

Mengenang Gus Dur, Presiden yang Mencabut Inpres Larangan Merayakan Imlek

Presiden Gus Dur mencabut instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 pada era Presiden Soeharto yang melarang perayaan Imlek.

Baca Selengkapnya

Universitas Harvard Dikomplain Diduga Diskriminasi Mahasiswa Muslim

8 Februari 2024

Universitas Harvard Dikomplain Diduga Diskriminasi Mahasiswa Muslim

Kementerian Pendidikan Amerika Serikat mengusut komplain bahwa Universitas Harvard terlibat dalam diskriminasi mahasiswa muslim pendukung Palestina.

Baca Selengkapnya