Sejumlah wanita pendukung Panglima Perang Jendral Abdel Fattah al-Sisi, membawa poster menentang presiden Mohamed Mursi yang digulingkan di Imbaba, Mesir, (14/1). Mesir melakukan referndum konstitusio selama dua hari. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
TEMPO.CO, Kairo – Abdel Fattah el-Sisi, jenderal yang menggulingkan pemimpin pertama Mesir yang dipilih secara bebas Juli lalu, telah menyatakan pencalonannya untuk pemilihan presiden April mendatang. Untuk itu, ia kemudian mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Pertahanan sekaligus Panglima Angkatan Bersenjata dalam kabinet perdana menteri baru Mesir.
“Saya meninggalkan seragam untuk negara,” kata Sisi dalam sebuah jumpa pers yang disiarkan secara nasional, seperti dikutip dari Al Jazeera, hari ini. Dengan masih mengenakan seragam militer, ia menuturkan bahwa ini adalah terakhir kalinya ia mengenakan seragam tersebut
Pria berusia 59 tahun ini sangat yakin akan memenangkan pemilu dan bisa mengembalikan tradisi Mesir yang selalu dikepalai oleh presiden berlatar belakang militer. Memang, hampir seluruh presiden Mesir berlatar militer sejak tahun 1952 lalu, kecuali satu tahun di masa Sufi Abu Taleb.
“Saya telah menghabiskan seluruh hidup saya sebagai seorang prajurit demi negara. Saya berniat untuk mencalonkan diri sebagai Presiden Mesir. Dukungan dari Anda merupakan kehormatan bagi saya,” tuturnya.
Sisi telah mejelma menjadi sosok yang paling kuat dan berpengaruh sejak penggulingan Presiden Mursi. Banyak yang mengganggap dirinya sebagai tipe orang yang kuat yang sangat diperlukan untuk menstabilkan negara yang tengah dalam masa krisis ini. Namun demikian, banyak pula yang mengecam dirinya, terutama oposisi Islam, dan menuduhnya sebagai dalang kudeta terhadap Mursi.