TEMPO.CO, Arlington - Jumlah korban jiwa pada bencana tanah longsor di Desa Oso, Snohomish, Arlington, negara bagian Washington, Amerika Serikat, terus meningkat. Hingga Selasa, 25 Maret 2014, tim penyelamat menemukan 24 mayat di antara timbunan tanah. Pada pencarian terakhir, tim mengevakuasi sepuluh mayat di antara puing dan longsoran tanah.
"Dua mayat terakhir kami temukan sebelum hujan gerimis," kata kepala pemadam kebakaran Snohomish, Travis Hots. "Hingga kini kami belum menemukan tanda-tanda kehidupan, bahkan belum menemukan korban hidup," ujarnya.
Tragedi tanah runtuh ini terjadi pada Sabtu pagi, 22 Maret 2014. Longsoran tanah seluas 2,5 kilometer persegi itu pun menghancurkan 30 rumah. Pepohonan ikut tumbang dan berserakan. Jumlah korban hilang mencapai 176 orang. Namun, pejabat setempat berharap angka itu berkurang dengan adanya kemungkinan perhitungan ganda atau selamat.
Menurut Hots, lumpur menyembur di area tanah longsor dan bagian dasarnya seperti pasir hisap. "Lumpur membuat kami tidak leluasa bergerak. Pencarian hanya dilakukan di daerah yang kering dan aman dilintasi atau menggunakan helikopter," ujar Hots.
Bencana ini sendiri merupakan tanah longsor terparah dan mematikan dalam sejarah Amerika Serikat. Sebelumnya, pada 2005, sepuluh orang tewas ketika bukit di La Conchita, California, runtuh dan menimbun perumahan.
REUTERS | NY DAILY NEWS | SF GATES | CORNILA DESYANA